Selasa, 31 Desember 2013 08:44 wib Martin Bagya Kertiyasa - Okezone
LONDON - Harga emas global jatuh dalam perdagangan
akhir tahun ini dan menuju kerugian tahunan terbesar dalam lebih dari
tiga dekade. Tahun ini, emas turun hampir 30 persen, karena meningkatnya
risk appetite dan prospek pemulihan ekonomi global.
"Apa yang
sedang dilihat investor adalah gagasan bahwa komoditas sudah tidak lagi
mencatat banyak permintaan. Selain itu, dengan tekanan inflasi yang
rendah, masih ada beberapa risiko downside untuk emas selama pasar saham
tetap relatif kuat," kata pemilik Quantitative Commodity Research,
Peter Fertig, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (31/12/2013).
Emas
jenis Spot turun 0,6 persen menjadi USD1.205,40 per troy ons, sementara
level terendah emas tercatat pada level USD1.200,79 per troy ons.
Sementara emas berjangka Amerika Serikat (AS), Comex Gold, untuk
pengiriman Februari turun USD9,00 menjadi USD1.204,90 per troy ons.
Kinerja
emas pada 2013 melemah karena harga yang terpukul oleh keputusan bank
sentral AS untuk memangkas stimulus moneter. Hal ini telah meningkatkan
risiko biaya pada investasi emas.
Outflow berat dari pertukaran
dana emas yang diperdagangkan juga memperlihatkan minat investor sudah
turun. Sementara Holdings di SPDR Gold Trust, perdagangan emas berjangka
terbesar di dunia, turun tiga ton ke level terendah sejak Januari 2009
di 801,2 ton.
Pasar fisik melihat beberapa penawaran antara
perdagangan rumah dan perhiasan, dan tetap menjaga premi untuk emas
batangan stabil pada USD2 per troy ons pada harga spot London di Hong
Kong, pusat perdagangan emas di Asia Timur .
Impor emas bersih
China dari Hong Kong turun 42 persen menjadi 76,393 ton pada November
dari 131,19 ton pada Oktober, yang mencerminkan penurunan permintaan
setelah pembelian yang kuat dalam bulan-bulan sebelumnya. ()
http://economy.okezone.com/read/2013/12/31/213/919618/jelang-2014-kilau-emas-global-semakin-pudar
Senin, 30 Desember 2013
Akankah Pesta di Saham AS Berlanjut Awal 2014?
Selasa, 31 Desember 2013 09:24 wib Rizkie Fauzian - Okezone
JAKARTA - Tidak ada alasan bagi pelaku pasar saham Amerika Serikat (AS) untuk tidak berbahagia di akhir 2013. Ketiga indeks utama melaju pesat selama 12 bulan terakhir, mencapai posisi tertinggi yang baru bisa dicapai 17 tahun silam.
Seperti dilansir dari Monexnews, Selasa (31/12/2013), dua pekan terakhir menjelang pergantian 2013, Wall Street bergerak sesuai kebiasaannya. Penguatan selama periode natal di AS atau biasa dikenal dengan 'Santa Claus Rally' kembali terjadi tahun ini.
Dalam satu abad terakhir, indeks utama Dow Jones secara total telah mencatat kenaikan 69 persen pada dua pekan terakhir penghujung tahun. Sedangkan 2013, Dow sukses meraih penguatan lebih dari 25 persen dan S&P berhasil mengeruk gain sebanyak 30 persen.
Selain itu, Nasdaq juga mencetak kinerja serupa yaitu menguat sampai 38 persen sejak awal Januari silam. Khusus bagi Dow, indeks utama New York ini berada dalam jalurnya untuk membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak tahun 1996.
Bagaimana dengan tahun depan? Sama seperti bursa lain di seluruh dunia, Wall Street akan tutup pada hari pertama 2014. Kemudian di pekan perdana, laporan ekonomi domestik akan menjadi motor penggerak indeks di awal tahun baru. Data harga rumah dan consumer confidence berperan dalam penilaian kondisi ekonomi, disusul dengan laporan aktivitas manufaktur dan penjualan kendaraan.
Rangkaian data itu akan dicermati secara teliti oleh pelaku pasar, terutama pasca keputusan bank sentral untuk mengurangi porsi pembelian obligasinya menjadi USD75 miliar per bulan Januari. Investor dan pelaku bisnis dapat menilai sendiri apakah perekonomian benar-benar sudah pulih sehingga Federal Reserve berani melakukan 'tapering' stimulusnya.
Hal ini begitu penting mengingat sejak 2009 lalu, stimulus moneter bank sentral telah menjadi pemicu utama trend kenaikan harga ekuitas. Dan baru pada tahun 2013 inilah fase penguatan semakin 'menggila' berkat potret pemulihan ekonomi di berbagai sektor, mulai dari harga perumahan hingga daya serap tenaga kerja.
Meskipun banyak pelaku pasar keuangan absen transaksi di tengah libur natal, indeks Dow Jones dan S&P 500 masih mampu mendulang gain pekan lalu untuk menembus rekor tertingginya masing-masing. Jadi, tidak ada alasan bagi siapapun yang terlibat dalam sesi perdagangan akhir tahun untuk tidak merayakan salah satu periode terbaik dalam sejarah pasar modal Amerika. Botol sampanye bisa dibuka esok hari, dan pesta layak dirayakan oleh seluruh warga negeri Paman Sam. (kie) (wdi)
http://economy.okezone.com/read/2013/12/31/213/919629/akankah-pesta-di-saham-as-berlanjut-awal-2014
JAKARTA - Tidak ada alasan bagi pelaku pasar saham Amerika Serikat (AS) untuk tidak berbahagia di akhir 2013. Ketiga indeks utama melaju pesat selama 12 bulan terakhir, mencapai posisi tertinggi yang baru bisa dicapai 17 tahun silam.
Seperti dilansir dari Monexnews, Selasa (31/12/2013), dua pekan terakhir menjelang pergantian 2013, Wall Street bergerak sesuai kebiasaannya. Penguatan selama periode natal di AS atau biasa dikenal dengan 'Santa Claus Rally' kembali terjadi tahun ini.
Dalam satu abad terakhir, indeks utama Dow Jones secara total telah mencatat kenaikan 69 persen pada dua pekan terakhir penghujung tahun. Sedangkan 2013, Dow sukses meraih penguatan lebih dari 25 persen dan S&P berhasil mengeruk gain sebanyak 30 persen.
Selain itu, Nasdaq juga mencetak kinerja serupa yaitu menguat sampai 38 persen sejak awal Januari silam. Khusus bagi Dow, indeks utama New York ini berada dalam jalurnya untuk membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak tahun 1996.
Bagaimana dengan tahun depan? Sama seperti bursa lain di seluruh dunia, Wall Street akan tutup pada hari pertama 2014. Kemudian di pekan perdana, laporan ekonomi domestik akan menjadi motor penggerak indeks di awal tahun baru. Data harga rumah dan consumer confidence berperan dalam penilaian kondisi ekonomi, disusul dengan laporan aktivitas manufaktur dan penjualan kendaraan.
Rangkaian data itu akan dicermati secara teliti oleh pelaku pasar, terutama pasca keputusan bank sentral untuk mengurangi porsi pembelian obligasinya menjadi USD75 miliar per bulan Januari. Investor dan pelaku bisnis dapat menilai sendiri apakah perekonomian benar-benar sudah pulih sehingga Federal Reserve berani melakukan 'tapering' stimulusnya.
Hal ini begitu penting mengingat sejak 2009 lalu, stimulus moneter bank sentral telah menjadi pemicu utama trend kenaikan harga ekuitas. Dan baru pada tahun 2013 inilah fase penguatan semakin 'menggila' berkat potret pemulihan ekonomi di berbagai sektor, mulai dari harga perumahan hingga daya serap tenaga kerja.
Meskipun banyak pelaku pasar keuangan absen transaksi di tengah libur natal, indeks Dow Jones dan S&P 500 masih mampu mendulang gain pekan lalu untuk menembus rekor tertingginya masing-masing. Jadi, tidak ada alasan bagi siapapun yang terlibat dalam sesi perdagangan akhir tahun untuk tidak merayakan salah satu periode terbaik dalam sejarah pasar modal Amerika. Botol sampanye bisa dibuka esok hari, dan pesta layak dirayakan oleh seluruh warga negeri Paman Sam. (kie) (wdi)
http://economy.okezone.com/read/2013/12/31/213/919629/akankah-pesta-di-saham-as-berlanjut-awal-2014
Pasokan Menipis, Harga Minyak Mentah Naik
Selasa, 31 Desember 2013 09:27 wib Rizkie Fauzian - Okezone
SINGAPURA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatat keuntungan terbesar selama tiga tahun terakhir, kenaikan tersebut di tengah spekulasi stok minyak mentah yang menyusut di Amerika Serikat (AS).
Di pasar Futures, harga minyak sedikit berubah setelah turun USD100 per barel sejak Oktober. Sementara pasokan minyak mentah kemungkinan turun 2,9 juta barel pekan lalu karena beberapa perusahaan kilang minyak menghabiskan stok minyak untuk mengurangi pajak akhir tahun.
"Minyak sudah cukup memperoleh keuntungan, beberapa pedagang bahkan sudah mendapat keuntungan sebelum tahun baru," ujar kepala analis di CMC Markets di Sydney Ric Spooner, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (31/12/2013).
Sementara untuk minyak berjangka, WTI untuk pengiriman Februari berada di USD99,36 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange atau naik 7 sen. Volume semua berjangka yang diperdagangkan sekitar 85 persen di bawah rata-rata 100 hari perdagangan.
Sedangkan Brent untuk pengiriman Februari turun 97 sen atau 0,9 persen menjadi USD111,21 per barel di London berbasis ICE Futures Europe, akibatnya minyak mentah patokan Eropa dengan WTI ditutup sebesar USD11,97.
Pasokan minyak mentah turun 23,8 juta barel atau 6,1 persen. (kie) (wdi)
http://economy.okezone.com/read/2013/12/31/213/919631/pasokan-menipis-harga-minyak-mentah-naik
SINGAPURA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatat keuntungan terbesar selama tiga tahun terakhir, kenaikan tersebut di tengah spekulasi stok minyak mentah yang menyusut di Amerika Serikat (AS).
Di pasar Futures, harga minyak sedikit berubah setelah turun USD100 per barel sejak Oktober. Sementara pasokan minyak mentah kemungkinan turun 2,9 juta barel pekan lalu karena beberapa perusahaan kilang minyak menghabiskan stok minyak untuk mengurangi pajak akhir tahun.
"Minyak sudah cukup memperoleh keuntungan, beberapa pedagang bahkan sudah mendapat keuntungan sebelum tahun baru," ujar kepala analis di CMC Markets di Sydney Ric Spooner, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (31/12/2013).
Sementara untuk minyak berjangka, WTI untuk pengiriman Februari berada di USD99,36 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange atau naik 7 sen. Volume semua berjangka yang diperdagangkan sekitar 85 persen di bawah rata-rata 100 hari perdagangan.
Sedangkan Brent untuk pengiriman Februari turun 97 sen atau 0,9 persen menjadi USD111,21 per barel di London berbasis ICE Futures Europe, akibatnya minyak mentah patokan Eropa dengan WTI ditutup sebesar USD11,97.
Pasokan minyak mentah turun 23,8 juta barel atau 6,1 persen. (kie) (wdi)
http://economy.okezone.com/read/2013/12/31/213/919631/pasokan-menipis-harga-minyak-mentah-naik
Akhir Tahun, Harga Minyak OPEC Naik
Selasa, 31 Desember 2013 | 08:16 WIB
WINA, KOMPAS.com- Rata-rata harga referensi mingguan minyak mentah OPEC mencapai 108,95 dollar AS per barel, Senin (30/12/2013). Harga ini naik dari 107,17 dollar AS per minggu pada pekan lalu.
Ini menjadi pekan kedua berturut-turut tren harga minyak versi organisasi negara-negara pengekspor minyak terus meningkat. Sebelumnya harga minyak tak memperlihatkan gejolak berarti sejak November 2013.
OPEC mempertahankan target produksi minyak mentahnya pada 30 juta barel per hari berdasarkan kesepakatan pada awal Desember 2013. Mereka berharap dengan pembatasan produksi maka harga minyak akan cukup nyaman bagi anggota organisasi itu.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/31/0816320/Akhir.Tahun.Harga.Minyak.OPEC.Naik
WINA, KOMPAS.com- Rata-rata harga referensi mingguan minyak mentah OPEC mencapai 108,95 dollar AS per barel, Senin (30/12/2013). Harga ini naik dari 107,17 dollar AS per minggu pada pekan lalu.
Ini menjadi pekan kedua berturut-turut tren harga minyak versi organisasi negara-negara pengekspor minyak terus meningkat. Sebelumnya harga minyak tak memperlihatkan gejolak berarti sejak November 2013.
OPEC mempertahankan target produksi minyak mentahnya pada 30 juta barel per hari berdasarkan kesepakatan pada awal Desember 2013. Mereka berharap dengan pembatasan produksi maka harga minyak akan cukup nyaman bagi anggota organisasi itu.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/31/0816320/Akhir.Tahun.Harga.Minyak.OPEC.Naik
Penulis | : Palupi Annisa Auliani | ||
Editor | : Palupi Annisa Auliani | ||
Sumber | : Antara |
Dow Cetak Rekor Tertinggi Penutupan ke-51 Tahun Ini
Selasa, 31 Desember 2013 | 07:42 WIB
NEW YORK, KOMPAS.com - Indeks Dow Jones Industrial Average pada Senin (30/12/2013) waktu setempat, (Selasa pagi WIB) mengawali pekan singkat liburan dengan rekor penutupan tertinggi baru, sekalipun dua indeks utama lainnya melemah dalam perdagangan yang lesu.
Indeks Dow menguat 25,88 poin (0,16 persen) menjadi berakhir pada 16.504,29 , rekor penutupan keempatnya dalam lima sesi terakhir dan rekor penutupan ke-51 pada 2013.
Indeks berbasis luas S&P 500 merosot 0,33 poin (0,02 persen) menjadi 1.841,07, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq menyerah 2,40 poin (0,06 persen) pada 4.154,20. "Dengan banyak orang di luar pasar, itu mungkin menjadi minggu yang cukup sepi," kata William Lynch, direktur investasi pada Hinsdale Associates.
Dow telah meningkat sekitar empat persen sejak Federal Reserve AS pada 18 Desember mengumumkan pihaknya berencana untuk mengurangi stimulusnya pada Januari.
Lynch menyebutkan, dengan begitu banyak investor keluar dan tidak banyak rilis ekonomi utama minggu ini, akan ada konsolidasi. "Pasar tidak akan bergerak jauh lebih tinggi," sebutnya.
Penjualan pending home (rumah yang pengurusannya belum selesai) di AS naik 0,2 persen pada November, kenaikan pertama dalam lima bulan, tetapi di bawah kenaikan 1,5 persen yang diproyeksikan oleh para analis.
Rilis ekonomi akhir pekan ini termasuk laporan tentang harga rumah dan kepercayaan konsumen.
Cooper Tire & Rubber naik 5,4 persen setelah mengumumkan pihaknya telah mengakhiri rencana merger dengan Apollo Tyres India. Kesepakatan yang diumumkan pada Juni itu terhambat kecaman hukum yang terkait dengan masalah ketenagakerjaan dalam operasi Cooper di AS dan China.
Produsen alas kaki Crocs naik 21,1 persen setelah mengumumkan bahwa Blackstone Group berinvestasi 200 juta dollar AS di perusahaan itu dan mengambil 13 persen saham. Crocs merencanakan program pembelian kembali saham senilai 350 juta dollar AS.
Hewlett-Packard turun 0,4 persen setelah mengungkapkan bahwa perusahaan berada dalam "diskusi lanjutan" untuk menyelesaikan penyelidikan suap di luar negeri dalam operasinya di Rusia, Polandia dan negara-negara lain.
Perusahaan jejaring sosial Twitter, yang telah memperlihatkan perubahan besar dalam beberapa hari terakhir, turun untuk hari kedua berturut-turut, kehilangan 5,1 persen. Demikian juga saham Facebook yang jatuh 3,1 persen.
NEW YORK, KOMPAS.com - Indeks Dow Jones Industrial Average pada Senin (30/12/2013) waktu setempat, (Selasa pagi WIB) mengawali pekan singkat liburan dengan rekor penutupan tertinggi baru, sekalipun dua indeks utama lainnya melemah dalam perdagangan yang lesu.
Indeks Dow menguat 25,88 poin (0,16 persen) menjadi berakhir pada 16.504,29 , rekor penutupan keempatnya dalam lima sesi terakhir dan rekor penutupan ke-51 pada 2013.
Indeks berbasis luas S&P 500 merosot 0,33 poin (0,02 persen) menjadi 1.841,07, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq menyerah 2,40 poin (0,06 persen) pada 4.154,20. "Dengan banyak orang di luar pasar, itu mungkin menjadi minggu yang cukup sepi," kata William Lynch, direktur investasi pada Hinsdale Associates.
Dow telah meningkat sekitar empat persen sejak Federal Reserve AS pada 18 Desember mengumumkan pihaknya berencana untuk mengurangi stimulusnya pada Januari.
Lynch menyebutkan, dengan begitu banyak investor keluar dan tidak banyak rilis ekonomi utama minggu ini, akan ada konsolidasi. "Pasar tidak akan bergerak jauh lebih tinggi," sebutnya.
Penjualan pending home (rumah yang pengurusannya belum selesai) di AS naik 0,2 persen pada November, kenaikan pertama dalam lima bulan, tetapi di bawah kenaikan 1,5 persen yang diproyeksikan oleh para analis.
Rilis ekonomi akhir pekan ini termasuk laporan tentang harga rumah dan kepercayaan konsumen.
Cooper Tire & Rubber naik 5,4 persen setelah mengumumkan pihaknya telah mengakhiri rencana merger dengan Apollo Tyres India. Kesepakatan yang diumumkan pada Juni itu terhambat kecaman hukum yang terkait dengan masalah ketenagakerjaan dalam operasi Cooper di AS dan China.
Produsen alas kaki Crocs naik 21,1 persen setelah mengumumkan bahwa Blackstone Group berinvestasi 200 juta dollar AS di perusahaan itu dan mengambil 13 persen saham. Crocs merencanakan program pembelian kembali saham senilai 350 juta dollar AS.
Hewlett-Packard turun 0,4 persen setelah mengungkapkan bahwa perusahaan berada dalam "diskusi lanjutan" untuk menyelesaikan penyelidikan suap di luar negeri dalam operasinya di Rusia, Polandia dan negara-negara lain.
Perusahaan jejaring sosial Twitter, yang telah memperlihatkan perubahan besar dalam beberapa hari terakhir, turun untuk hari kedua berturut-turut, kehilangan 5,1 persen. Demikian juga saham Facebook yang jatuh 3,1 persen.
Editor | : Erlangga Djumena |
Sumber | : AFP/ANTARA |
Harga minyak tembus US$ 100
Oleh Dina Farisah - Selasa, 31 Desember 2013 | 06:41 WIB
JAKARTA. Harga minyak diperdagangkan di atas
US$ 100 per barel dalam dua hari perdagangan terakhir. Harga minyak
naik setelah data Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menunjukkan
stok minyak mentah AS turun lebih dari perkiraan. Stok minyak AS kini
terendah sejak September 2013.
Harga minyak pun beranjak ke atas US$ 100 per barel, tertinggi sejak 18 Oktober 2013. Persisnya, harga minyak WTI untuk pengiriman Februari 2014 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 100,21 per barel. Harga tersebut telah naik 9,3% pada tahun 2013.
Laporan Administrasi Informasi Energi per 27 Desember 2013 menunjukkan, persediaan minyak mentah AS turun sebesar 4,73 juta barel pada pekan lalu di tengah peningkatan operasi kilang. Penurunan ini lebih besar dari penurunan rata-rata yang diprediksi survei analis Bloomberg sebesar 2,65 juta barel.
Harga minyak WTI meningkat 8,2% pada bulan Desember di tengah berkurangnya stok minyak mentah AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Badan Energi Internasional menyebutkan, kebutuhan minyak AS mencapai sekitar 21% dari permintaan global tahun ini.
Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menilai, kenaikan harga minyak dipengaruhi oleh musim dingin yang sedang berlangsung. Musim dingin ini akan mengerek permintaan minyak.
Berkurangnya stok minyak mentah di tengah tingginya permintaan memicu lonjakan harga. Menurut dia, kenaikan harga minyak masih akan berlangsung sepanjang Januari 2014. "Positifnya data-data ekonomi AS juga akan mendorong tingginya permintaan minyak dari AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia," kata Zulfirman. Meski berpotensi mendaki, penguatan harga minyak relatif terbatas.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures menduga, tren kenaikan harga minyak masih berlanjut. Sebab, kondisi ekonomi global mulai berangsur membaik. Perbaikan ekonomi global ini diyakini akan meningkatkan permintaan minyak, sehingga melambungkan harga. Harga komoditas juga kian positif karena membaiknya data-data ekonomi AS.
Secara teknikal, lanjut Zulfirman, masih terbuka ruang penguatan untuk minyak. Harga masih berada di antara moving average (MA) 100 dan 200. Moving average convergence divergence masih terlihat naik. Indikator relative strength index (RSI) juga bergerak naik. Stochastic sudah overbought. Kondisi ini berpotensi memicu profit taking.
Zulfirman memprediksi, harga minyak dapat menyentuh level US$ 104 per barel pada akhir Januari 2014. Tonny memperkirakan, harga minyak akan berada di kisaran US$ 99-US$ 102 per barel.
Harga minyak pun beranjak ke atas US$ 100 per barel, tertinggi sejak 18 Oktober 2013. Persisnya, harga minyak WTI untuk pengiriman Februari 2014 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 100,21 per barel. Harga tersebut telah naik 9,3% pada tahun 2013.
Laporan Administrasi Informasi Energi per 27 Desember 2013 menunjukkan, persediaan minyak mentah AS turun sebesar 4,73 juta barel pada pekan lalu di tengah peningkatan operasi kilang. Penurunan ini lebih besar dari penurunan rata-rata yang diprediksi survei analis Bloomberg sebesar 2,65 juta barel.
Harga minyak WTI meningkat 8,2% pada bulan Desember di tengah berkurangnya stok minyak mentah AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Badan Energi Internasional menyebutkan, kebutuhan minyak AS mencapai sekitar 21% dari permintaan global tahun ini.
Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menilai, kenaikan harga minyak dipengaruhi oleh musim dingin yang sedang berlangsung. Musim dingin ini akan mengerek permintaan minyak.
Berkurangnya stok minyak mentah di tengah tingginya permintaan memicu lonjakan harga. Menurut dia, kenaikan harga minyak masih akan berlangsung sepanjang Januari 2014. "Positifnya data-data ekonomi AS juga akan mendorong tingginya permintaan minyak dari AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia," kata Zulfirman. Meski berpotensi mendaki, penguatan harga minyak relatif terbatas.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures menduga, tren kenaikan harga minyak masih berlanjut. Sebab, kondisi ekonomi global mulai berangsur membaik. Perbaikan ekonomi global ini diyakini akan meningkatkan permintaan minyak, sehingga melambungkan harga. Harga komoditas juga kian positif karena membaiknya data-data ekonomi AS.
Secara teknikal, lanjut Zulfirman, masih terbuka ruang penguatan untuk minyak. Harga masih berada di antara moving average (MA) 100 dan 200. Moving average convergence divergence masih terlihat naik. Indikator relative strength index (RSI) juga bergerak naik. Stochastic sudah overbought. Kondisi ini berpotensi memicu profit taking.
Zulfirman memprediksi, harga minyak dapat menyentuh level US$ 104 per barel pada akhir Januari 2014. Tonny memperkirakan, harga minyak akan berada di kisaran US$ 99-US$ 102 per barel.
Editor: Wahyu Tri Rahmawati
Di Asia, harga emas turun lagi
Senin, 30 Desember 2013 | 09:57 WIB
MELBOURNE. Harga emas dunia turun untuk kali
pertama dalam lima hari terakhir pada transaksi perdagangan hari ini
(30/12). Mengutip data Bloomberg, pagi tadi, harga kontrak emas untuk
pengantaran cepat turun 0,3% menjadi US$ 1.209,76 per troy ounce. Pada
pukul 09.40 waktu Singapura, kontrak yang sama berada di posisi US$
1.210,24 per troy ounce.
Pada 27 Desember lalu, harga emas sempat naik ke posisi US$ 1.219,28 per troy ounce. Ini merupakan level tertinggi sejak 19 Desember lalu. Sementara, harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 0,4% menjadi US$ 1.209,70 per troy ounce di Comex, New York.
Penurunan harga emas terjadi akibat berkurangnya kepemilikan aset emas oleh investor. Asal tahu saja, kepemilikan aset emas di SPDR Gold Trust menurun menjadi 801,22 metrik ton pada 27 Desember lalu. Ini merupakan level terendah sejak Januari 2009 lalu. Jika dikalkulasikan, sepanjang 2013, penurunan kepemilikan aset emas di SPDR sudah merosot 41%.
Catatan saja, hingga saat ini, harga emas sudah ambles 28%. Harga emas menuju penurunan tahunan terburuk sejak 1981 silam. Penurunan emas terjadi seiring hilangnya kepercayaan investor terhadap emas sebagai alat investasi yang aman di tengah reli pasar saham.
Pada 27 Desember lalu, harga emas sempat naik ke posisi US$ 1.219,28 per troy ounce. Ini merupakan level tertinggi sejak 19 Desember lalu. Sementara, harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 0,4% menjadi US$ 1.209,70 per troy ounce di Comex, New York.
Penurunan harga emas terjadi akibat berkurangnya kepemilikan aset emas oleh investor. Asal tahu saja, kepemilikan aset emas di SPDR Gold Trust menurun menjadi 801,22 metrik ton pada 27 Desember lalu. Ini merupakan level terendah sejak Januari 2009 lalu. Jika dikalkulasikan, sepanjang 2013, penurunan kepemilikan aset emas di SPDR sudah merosot 41%.
Catatan saja, hingga saat ini, harga emas sudah ambles 28%. Harga emas menuju penurunan tahunan terburuk sejak 1981 silam. Penurunan emas terjadi seiring hilangnya kepercayaan investor terhadap emas sebagai alat investasi yang aman di tengah reli pasar saham.
Editor: Barratut Taqiyyah
Sumber: Bloomberg
Minggu, 29 Desember 2013
Nikkei menuju lompatan tahunan terbesar sejak 1972
Senin, 30 Desember 2013 | 08:38 WIB
TOKYO. Pada transaksi pagi ini (30/12),
bursa Jepang mencatatkan kenaikan. Bahkan indeks Nikkei menunju kenaikan
tahunan terbesar dalam empat dekade terakhir.
Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.51 waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 Stock Average naik 0,3% menjadi 16.218,78. Jika ditotal, lompatan indeks Nikkei sudah mencapai 56% di sepanjang tahun ini. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 1972, di mana pada waktu itu, Nikkei melambung sebesar 92%.
Sedangkan indeks Topix naik 0,7% menjadi 1.298,67 dan naik 51% di sepanjang 2013. Dari 33 sektor yang diperdagangkan, hanya tiga sektor yang menurun.
Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Jepang. Beberapa di antaranya yakni: Nikon Corp yang naik 2,2%, Nippon Sheet Glass Co naik 3%, Maruha Nichiro Holdings Inc turun 2,7%, dan Nippon Paper Industries Co turun 5%.
Adapun salah satu faktor yang menjadi pendorong bursa Jepang adalah pelemahan yen yang melampaui level 105 per dollar AS. Yen saat ini bertengger di posisi 105,32 per dollar AS yang merupakan level terlemahnya dalam lima tahun terakhir atau 6 Oktober 2008.
"Posisi yen yang berada di level 105 memiliki dampak yang cukup besar. Jika yen melemah, tentu saja pasar saham akan naik. Investor masih akan tetap berinvestasi di pasar saham karena mereka tertarik dengan kenaikannya yang cukup tinggi," jelas Ryuta Otsuka, strategist Toyo Securities Co.
Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.51 waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 Stock Average naik 0,3% menjadi 16.218,78. Jika ditotal, lompatan indeks Nikkei sudah mencapai 56% di sepanjang tahun ini. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 1972, di mana pada waktu itu, Nikkei melambung sebesar 92%.
Sedangkan indeks Topix naik 0,7% menjadi 1.298,67 dan naik 51% di sepanjang 2013. Dari 33 sektor yang diperdagangkan, hanya tiga sektor yang menurun.
Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Jepang. Beberapa di antaranya yakni: Nikon Corp yang naik 2,2%, Nippon Sheet Glass Co naik 3%, Maruha Nichiro Holdings Inc turun 2,7%, dan Nippon Paper Industries Co turun 5%.
Adapun salah satu faktor yang menjadi pendorong bursa Jepang adalah pelemahan yen yang melampaui level 105 per dollar AS. Yen saat ini bertengger di posisi 105,32 per dollar AS yang merupakan level terlemahnya dalam lima tahun terakhir atau 6 Oktober 2008.
"Posisi yen yang berada di level 105 memiliki dampak yang cukup besar. Jika yen melemah, tentu saja pasar saham akan naik. Investor masih akan tetap berinvestasi di pasar saham karena mereka tertarik dengan kenaikannya yang cukup tinggi," jelas Ryuta Otsuka, strategist Toyo Securities Co.
Editor: Barratut Taqiyyah
Sumber: Bloomberg
Kamis, 26 Desember 2013
Emas Rebound Dalam Perdagangan Pasca Natal
Jumat, 27 Desember 2013 3:34 WIB
Monexnews -
Emas dan perak berjangka menguat dalam perdagangan yang tipis pada hari Kamis setelah Natal, mendapatkan dorongan dari permintaan fisik dari Asia, selain itu klaim tunjangan pengangguran terlihat mengalami penurunan lebih besar dari perkiraan.
Emas berjangka untuk kontrak Februari naik sebesar $9, atau 0.7%, untuk di tutup di $1.212.30/onz di New York Mercantile Exchange. Sementara itu nilai kontrak perak bulan Maret melonjak 44 sen, atau 2.3%, untuk di tutup di 19.92/onz. Ini telah menjadi tahun yang kejam bagi emas, dengan emas turun hampir 28% sejak 1 Januari, menurut FactSet, dan berada di jalur untuk berakhirnya kenaikan harga beruntun selama 13 tahun.
Pasar AS di tutup pada hari Rabu untuk libur natal dan sebagaian besar pasar Eropa masih di tutup pada hari Kamis. Kondisi perdagangan yang tipis di pasar negara barat berarti bahwa rebound-nya permintaan fisik dari Asia telah membantu pemulihan tipis pada emas setelah kontrak berjangka sebelumnya turun dibawah $1.200/onz, kata Jeffrey Nichols, penulis di NicholsOnGold.com dalam wawancara di telepon.
Kedepannya, bagaimanapun, kinerja pasar ekuitas masih akan terus mempengaruhi harga emas, kata Nichol, dengan berikan catatan bahwa Wall Street berlari ke rekor tertinggi dan kuatnya kenaikan ekuitas di seluruh dunia telah mendorong likuiditas emas dengan signifikan pada tahun ini.”Jika nilai ekuitas masih tetap kuat, itu akan menjadi negatif untuk emas,” tambahnya, sementara itu koreksi tajam di pasar ekuitas akan menjadi positif untuk logam mulia.
Para trader juga akan memantau dengan ketat pada Treasury AS, dengan yield obligasi bertenor 10-tahun menyentuh level psikologis penting di level 3% pada hari Kamis. Kenaikan tajam pada yield dapat berikan penyataan atas kuatnya pemulihan ekonomi AS dan Federal Reserve akan bersedia untuk mengurangi kembali pembelian obligasi, kata para analis. Wall Street berikan pengaruhnya, dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average, kedua berada di jalur untuk menambah penguatannya untuk di tutup di rekor tertinggi.
(fsyl)
http://www.monexnews.com/news/gold-updates/emas-rebound-dalam-perdagangan-pasca-natal.htm
Monexnews -
Emas dan perak berjangka menguat dalam perdagangan yang tipis pada hari Kamis setelah Natal, mendapatkan dorongan dari permintaan fisik dari Asia, selain itu klaim tunjangan pengangguran terlihat mengalami penurunan lebih besar dari perkiraan.
Emas berjangka untuk kontrak Februari naik sebesar $9, atau 0.7%, untuk di tutup di $1.212.30/onz di New York Mercantile Exchange. Sementara itu nilai kontrak perak bulan Maret melonjak 44 sen, atau 2.3%, untuk di tutup di 19.92/onz. Ini telah menjadi tahun yang kejam bagi emas, dengan emas turun hampir 28% sejak 1 Januari, menurut FactSet, dan berada di jalur untuk berakhirnya kenaikan harga beruntun selama 13 tahun.
Pasar AS di tutup pada hari Rabu untuk libur natal dan sebagaian besar pasar Eropa masih di tutup pada hari Kamis. Kondisi perdagangan yang tipis di pasar negara barat berarti bahwa rebound-nya permintaan fisik dari Asia telah membantu pemulihan tipis pada emas setelah kontrak berjangka sebelumnya turun dibawah $1.200/onz, kata Jeffrey Nichols, penulis di NicholsOnGold.com dalam wawancara di telepon.
Kedepannya, bagaimanapun, kinerja pasar ekuitas masih akan terus mempengaruhi harga emas, kata Nichol, dengan berikan catatan bahwa Wall Street berlari ke rekor tertinggi dan kuatnya kenaikan ekuitas di seluruh dunia telah mendorong likuiditas emas dengan signifikan pada tahun ini.”Jika nilai ekuitas masih tetap kuat, itu akan menjadi negatif untuk emas,” tambahnya, sementara itu koreksi tajam di pasar ekuitas akan menjadi positif untuk logam mulia.
Para trader juga akan memantau dengan ketat pada Treasury AS, dengan yield obligasi bertenor 10-tahun menyentuh level psikologis penting di level 3% pada hari Kamis. Kenaikan tajam pada yield dapat berikan penyataan atas kuatnya pemulihan ekonomi AS dan Federal Reserve akan bersedia untuk mengurangi kembali pembelian obligasi, kata para analis. Wall Street berikan pengaruhnya, dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average, kedua berada di jalur untuk menambah penguatannya untuk di tutup di rekor tertinggi.
(fsyl)
http://www.monexnews.com/news/gold-updates/emas-rebound-dalam-perdagangan-pasca-natal.htm
Bursa AS Positif, Klaim Pengangguran Turun - INILAH.com
Bursa AS Positif, Klaim Pengangguran Turun - INILAH.com
INILAH.COM, New York - Bursa saham AS menguat memperpanjang rekor pada Jumat (27/12/2013) dini hari tadi.
Penguatan seiring penurunan klaim pengangguran pada pekan terakhir. Indeks Dow Jones naik 0,8% ke 16.479,88. Penguatan ini sebagai kenikan ke 50 di tahun ini. Untuk indeks S&P naik 0,5% ke 1.842,02. Sementara indeks Nasdaq naik 0,3% ke 4.167,18. Demikian megutip marketwatch.com.
Penguatan Dow mendapat dukungan dari saham JP Morgan Chase & Co 0,1%. Sentimen positif datang dari data klaim pengangguran yang turun 42.000 menjadi 338.000. Rata-rata klaim pengangguran dalam empat pekn mengalami kenaikan 4.250 ke 384.000. Data tersebut menunjukkan proxy rendah. Banyak pekerja yang mendapatkan kepercayaan di pasar tenaga kerja.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury untuk 10 tahun mencapai 3 persen untuk pertama kalinya sejak September. Pemicunya karena harga bergerak lebih tinggi setelah keputusan Fed mengurangi stimulus moneter sebesar US$10 milir dari US$85 miliar.
INILAH.COM, New York - Bursa saham AS menguat memperpanjang rekor pada Jumat (27/12/2013) dini hari tadi.
Penguatan seiring penurunan klaim pengangguran pada pekan terakhir. Indeks Dow Jones naik 0,8% ke 16.479,88. Penguatan ini sebagai kenikan ke 50 di tahun ini. Untuk indeks S&P naik 0,5% ke 1.842,02. Sementara indeks Nasdaq naik 0,3% ke 4.167,18. Demikian megutip marketwatch.com.
Penguatan Dow mendapat dukungan dari saham JP Morgan Chase & Co 0,1%. Sentimen positif datang dari data klaim pengangguran yang turun 42.000 menjadi 338.000. Rata-rata klaim pengangguran dalam empat pekn mengalami kenaikan 4.250 ke 384.000. Data tersebut menunjukkan proxy rendah. Banyak pekerja yang mendapatkan kepercayaan di pasar tenaga kerja.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury untuk 10 tahun mencapai 3 persen untuk pertama kalinya sejak September. Pemicunya karena harga bergerak lebih tinggi setelah keputusan Fed mengurangi stimulus moneter sebesar US$10 milir dari US$85 miliar.
Usai mencetak rekor, indeks Topix kembali menguat
Jumat, 27 Desember 2013 | 08:24 WIB
TOKYO. Indeks Topix Jepang kembali menguat
setelah mencatat level tertinggi sejak 2008. Pelemahan yen terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) dan turunnya data klaim pengangguran di AS
memunculkan adanya optimisme pasar dunia.
Indeks Topix naik 0,2% menjadi 1.281,27 pada pukul 09:36 waktu Tokyo. Indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,2% menjadi 16.144,43 hari ini setelah naik ke level tertinggi sejak November 2007.
"Aksi beli akan terjadi menyusul proyeksi pendapatan kuartal ini,” kata Juichi Wako, strategist ekuitas Tokyo Nomura Securities Co di Jepang. "Saham naik cukup tinggi minggu ini, sehingga investor menyesuaikan kepemilikan mereka untuk ambil untung,” jelasnya.
Analis yang di survei Bloomberg memperkirakan, mata uang yen terhadap dolar AS pada kuartal IV 2014 akan melemah menjadi 109.
Indeks Topix naik 0,2% menjadi 1.281,27 pada pukul 09:36 waktu Tokyo. Indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,2% menjadi 16.144,43 hari ini setelah naik ke level tertinggi sejak November 2007.
"Aksi beli akan terjadi menyusul proyeksi pendapatan kuartal ini,” kata Juichi Wako, strategist ekuitas Tokyo Nomura Securities Co di Jepang. "Saham naik cukup tinggi minggu ini, sehingga investor menyesuaikan kepemilikan mereka untuk ambil untung,” jelasnya.
Analis yang di survei Bloomberg memperkirakan, mata uang yen terhadap dolar AS pada kuartal IV 2014 akan melemah menjadi 109.
Editor: Asnil Bambani Amri
Sumber: Bloomberg
Harga minyak mentah WTI melanjutkan penguatan
Oleh Asnil Bambani Amri - Jumat, 27 Desember 2013 | 08:06 WIB
NEW YORK. Harga minyak mentah West Texas
Intermediate (WTI) menguat untuk hari ketiga, setelah adanya klaim
pengangguran turun di bawah proyeksi sebelumnya.
Harga minyak berjangka naik 0,2% di New York, Jumat (27/12). Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan, klaim pengangguran AS turun 42.000 menjadi 338.000.
Sementara itu, survei Bloomberg melaporkan, persediaan minyak mentah AS turun menjadi 2,65 juta barel pada pekan lalu. "Ekonomi AS memberikan kabar yang sangat positif," kata Ric Spooner, analis CMC Markets kepada Bloomberg di Sydney.
Harga minyak WTI pengiriman Februari naik 22 sen menjadi US$ 99,77 per barel saat di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Sedangkan saat diperdagangkan di Singapura, harga minyak WTI berjangka ada di posisi US$ 99,66 per barel pukul 08:40 waktu Singapura.
Sementara itu, harga minyak Brent pengiriman Februari naik 8 sen menjadi US$ 111,98 per barel di bursa ICE Futures Europe di London.
Harga minyak berjangka naik 0,2% di New York, Jumat (27/12). Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan, klaim pengangguran AS turun 42.000 menjadi 338.000.
Sementara itu, survei Bloomberg melaporkan, persediaan minyak mentah AS turun menjadi 2,65 juta barel pada pekan lalu. "Ekonomi AS memberikan kabar yang sangat positif," kata Ric Spooner, analis CMC Markets kepada Bloomberg di Sydney.
Harga minyak WTI pengiriman Februari naik 22 sen menjadi US$ 99,77 per barel saat di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Sedangkan saat diperdagangkan di Singapura, harga minyak WTI berjangka ada di posisi US$ 99,66 per barel pukul 08:40 waktu Singapura.
Sementara itu, harga minyak Brent pengiriman Februari naik 8 sen menjadi US$ 111,98 per barel di bursa ICE Futures Europe di London.
Editor: Asnil Bambani Amri
Aksi beli masih mendorong harga emas
Jumat, 27 Desember 2013 | 07:52 WIB
NEW YORK. Harga emas naik mendekati level
harga tertinggi dalam sepekan. Naiknya permintaan terhadap emas meredam
penurunan harga emas pasca pengurangan stimulus oleh Federal Reserve.
Kemarin, harga emas sempat naik ke posisi US$ 1.215,95per ounce, ini merupakan harga tertinggi sejak 19 Desember. Sedangkan pagi, harga emas fluktuatif dan berada di posisi US$ 1.210,56 per ounce pada pukul 8:12 waktu Singapura.
Harga emas sudah anjlok 28% tahun ini, penurunan terbesar sejak 1981. Sementara itu, data tenaga kerja kemarin menunjukkan, klaim pengangguran turun lebih dari perkiraan.
"Kami menduga, harga akan melemah dalam jangka pendek, karena pasar ekuitas yang kuat,” kata Edward Meir, analis INTL FCStone dalam sebuah laporan kepada Bloomberg di New York.
Harga emas pengiriman Februari turun 0,2% menjadi US$ 1.209,90 per ounce di Comex di New York. Sementara itu, harga perak berjangka diperdagangkan di harga US$ 19,7945 per ounce dari harga kemarin di posisi US$ 19,7727 per ounce atau naik 1,4%.
Harga platinum diperdagangkan di posisi US$ 1.357,75 per ounce dari posisi kemarin di harga US$ 1.358,95 per ounce. Harga jenis logam ini turun 12% tahun ini. Sementara itu, harga palladium turun menjadi US$ 699,25 per ounce.
Kemarin, harga emas sempat naik ke posisi US$ 1.215,95per ounce, ini merupakan harga tertinggi sejak 19 Desember. Sedangkan pagi, harga emas fluktuatif dan berada di posisi US$ 1.210,56 per ounce pada pukul 8:12 waktu Singapura.
Harga emas sudah anjlok 28% tahun ini, penurunan terbesar sejak 1981. Sementara itu, data tenaga kerja kemarin menunjukkan, klaim pengangguran turun lebih dari perkiraan.
"Kami menduga, harga akan melemah dalam jangka pendek, karena pasar ekuitas yang kuat,” kata Edward Meir, analis INTL FCStone dalam sebuah laporan kepada Bloomberg di New York.
Harga emas pengiriman Februari turun 0,2% menjadi US$ 1.209,90 per ounce di Comex di New York. Sementara itu, harga perak berjangka diperdagangkan di harga US$ 19,7945 per ounce dari harga kemarin di posisi US$ 19,7727 per ounce atau naik 1,4%.
Harga platinum diperdagangkan di posisi US$ 1.357,75 per ounce dari posisi kemarin di harga US$ 1.358,95 per ounce. Harga jenis logam ini turun 12% tahun ini. Sementara itu, harga palladium turun menjadi US$ 699,25 per ounce.
Editor: Asnil Bambani Amri
Sumber: Bloomberg
Minggu, 22 Desember 2013
Bursa Asia Positif Tanpa Indeks Nikkei - INILAH.com
Bursa Asia Positif Tanpa Indeks Nikkei - INILAH.com
INILAH.COM, Hong Kong - Bursa saham Asia menguat pada awal perdagangan Senin (23/12/2013). Namun volume perdagangan sangat rendah, apalagi bursa Jepang libur untuk merayakan HUT Kaisar Jepang.
Indeks masih tertekan kondisi biaya pinjaman yang tinggi di China mencapai 8%. Bank sentral China Jumat (20/12/2013) pekan lalu menyatakan telah menyuntikkan dana segar US$49 miliar ke sistem keuangan selama tiga hari.
"Pada bulan Desember biasanya bank sentral menarik turun bunga deposito. Dampaknya dana yang ada di perbankan akan keluar. Saya percaya ini adalah masalah jangka pendek dan faktanya suku bunga jangka panjang tidak berubah," kata Evan Lucas, ahli strategi pasar di IG, seperti mengutip cnbc.com.
Bursa Asia juga mencermati Wall Street yang berakhir menguat pada akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones dan indeks S&P mencetak rekor tertinggi baru. Penguatan seiring data PDB Kuatal ketiga 2013 mencapai 4,1 persen.
Indeks Hang Seng naik 0,7%, indeks ASX melemah 0,05%, indeks Shanghai menguat 0,4%, indeks Kospi lebih tinggi 0,7%.
Bursa China bergerak volatile setelah akhir pekan lalu negatif. Pemicunya adalah saham properti dengan rencana pemerintah membangun enam juta unit perumahan untuk rakyat di tahun depan. Kebijakan ini untuk meredam kenaikan harga properti. Saham Gemdale dan Poly Real Estate turun hampir satu persen.
Sedangkan di bursa Hong Kong China Mobile menguat 1 persen lebih dengna kesepakatan dengan Apple untuk meluncurkan iphone di China bulan Depan.
INILAH.COM, Hong Kong - Bursa saham Asia menguat pada awal perdagangan Senin (23/12/2013). Namun volume perdagangan sangat rendah, apalagi bursa Jepang libur untuk merayakan HUT Kaisar Jepang.
Indeks masih tertekan kondisi biaya pinjaman yang tinggi di China mencapai 8%. Bank sentral China Jumat (20/12/2013) pekan lalu menyatakan telah menyuntikkan dana segar US$49 miliar ke sistem keuangan selama tiga hari.
"Pada bulan Desember biasanya bank sentral menarik turun bunga deposito. Dampaknya dana yang ada di perbankan akan keluar. Saya percaya ini adalah masalah jangka pendek dan faktanya suku bunga jangka panjang tidak berubah," kata Evan Lucas, ahli strategi pasar di IG, seperti mengutip cnbc.com.
Bursa Asia juga mencermati Wall Street yang berakhir menguat pada akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones dan indeks S&P mencetak rekor tertinggi baru. Penguatan seiring data PDB Kuatal ketiga 2013 mencapai 4,1 persen.
Indeks Hang Seng naik 0,7%, indeks ASX melemah 0,05%, indeks Shanghai menguat 0,4%, indeks Kospi lebih tinggi 0,7%.
Bursa China bergerak volatile setelah akhir pekan lalu negatif. Pemicunya adalah saham properti dengan rencana pemerintah membangun enam juta unit perumahan untuk rakyat di tahun depan. Kebijakan ini untuk meredam kenaikan harga properti. Saham Gemdale dan Poly Real Estate turun hampir satu persen.
Sedangkan di bursa Hong Kong China Mobile menguat 1 persen lebih dengna kesepakatan dengan Apple untuk meluncurkan iphone di China bulan Depan.
Aksi beli menopang harga emas
Oleh Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana - Senin, 23 Desember 2013 | 08:03 WIB
JAKARTA. Harga emas menguat. Aksi beli di
harga murah alias bargain hunting yang terjadi setelah harga terkoreksi
sebelumnya, mampu mengangkat harga logam mulia tersebut.
Harga emas untuk kontrak pengiriman Februari 2014 di Bursa Comex, Jumat (20/12) menguat 0,84% menjadi US$ 1.203,7 per ons troi dibandingkan harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga emas terkoreksi sebesar 2,50%.
Pasca The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan pemangkasan stimulus moneter di Amerika Serikat (AS), harga emas global langsung anjlok cukup tajam hingga ke level US$ 1.193 per ons troi. Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, koreksi tersebut telah memicu aksi bargain hunting dari pasar sehingga membuat harga emas terangkat.
Meskipun demikian, penguatan harga emas tersebut kemungkinan tidak akan berlangsung lama. Ke depan, tekanan harga emas akan kembali terjadi seiring kondisi ekonomi AS dan global yang diperkirakan akan semakin membaik. “Perbaikan ekonomi global akan memicu peralihan investasi pasar dari emas ke instrumen investasi lain yang lebih berisiko namun memberi keuntungan besar,” kata Ariston.
Masih melemah
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, walaupun sampai saat ini masih tertahan di atas level US$ 1.200 per ons troi, kemungkinan harga emas akan terus melorot. Perkiraan ini dibuat berdasarkan pola pergerakan harga emas yang sampai saat ini belum lepas dari tren pelemahan. "Ada peluang tahun depan, harga emas bisa melemah ke US$ 1.100 per ons troi atau turun lebih dalam lagi," kata Nizar.
Secara teknikal, Nizar bilang, sepekan ke depan, harga emas masih berpotensi melanjutkan pelemahan. Stochastic turun dari level 32 ke 22. Posisi harga yang berada di bawah moving average (MA) 25 juga memberi sinyal bahwa tekanan harga emas masih belum akan berhenti.
Moving average convergence divergence (MACD) di area -13 semakin memperkuat sinyal pelemahan. Sementara, relative strength index (RSI) cenderung naik, tapi masih di bawah level 50 menunjukkan ada potensi penguatan harga, namun masih rentan.
Nizar memprediksi, sepekan ke depan, harga emas akan melemah ke kisaran US$ 1.150-US$ 1.280 per ons troi. Sementara, Ariston memproyeksikan, harga emas di pekan depan cenderung terkoreksi di rentang harga support US$ 1.180 dan resistance US$ 1.280 per ons troi.
Harga emas untuk kontrak pengiriman Februari 2014 di Bursa Comex, Jumat (20/12) menguat 0,84% menjadi US$ 1.203,7 per ons troi dibandingkan harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga emas terkoreksi sebesar 2,50%.
Pasca The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan pemangkasan stimulus moneter di Amerika Serikat (AS), harga emas global langsung anjlok cukup tajam hingga ke level US$ 1.193 per ons troi. Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, koreksi tersebut telah memicu aksi bargain hunting dari pasar sehingga membuat harga emas terangkat.
Meskipun demikian, penguatan harga emas tersebut kemungkinan tidak akan berlangsung lama. Ke depan, tekanan harga emas akan kembali terjadi seiring kondisi ekonomi AS dan global yang diperkirakan akan semakin membaik. “Perbaikan ekonomi global akan memicu peralihan investasi pasar dari emas ke instrumen investasi lain yang lebih berisiko namun memberi keuntungan besar,” kata Ariston.
Masih melemah
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, walaupun sampai saat ini masih tertahan di atas level US$ 1.200 per ons troi, kemungkinan harga emas akan terus melorot. Perkiraan ini dibuat berdasarkan pola pergerakan harga emas yang sampai saat ini belum lepas dari tren pelemahan. "Ada peluang tahun depan, harga emas bisa melemah ke US$ 1.100 per ons troi atau turun lebih dalam lagi," kata Nizar.
Secara teknikal, Nizar bilang, sepekan ke depan, harga emas masih berpotensi melanjutkan pelemahan. Stochastic turun dari level 32 ke 22. Posisi harga yang berada di bawah moving average (MA) 25 juga memberi sinyal bahwa tekanan harga emas masih belum akan berhenti.
Moving average convergence divergence (MACD) di area -13 semakin memperkuat sinyal pelemahan. Sementara, relative strength index (RSI) cenderung naik, tapi masih di bawah level 50 menunjukkan ada potensi penguatan harga, namun masih rentan.
Nizar memprediksi, sepekan ke depan, harga emas akan melemah ke kisaran US$ 1.150-US$ 1.280 per ons troi. Sementara, Ariston memproyeksikan, harga emas di pekan depan cenderung terkoreksi di rentang harga support US$ 1.180 dan resistance US$ 1.280 per ons troi.
Editor: Rizki
Harga turun, investor mulai memborong emas
Oleh Asnil Bambani Amri - Senin, 23 Desember 2013 | 08:51 WIB
SINGAPURA. Harga emas berpotensi rebound
setelah berada pada penutupan harga terendah lebih dari tiga tahun.
Harga emas yang rendah membuat banyak investor kembali melirik dan
memborong emas .
"Harga di bawah US$ 1.200 per ounce merupakan titik masuk yang menarik bagi investor,” kata Mark To, kepala penelitian Wing Fung Financial Group, salah satu perusahaan pedagang dan pengolahan emas berbasis di Hong Kong kepada Bloomberg, Senin (23/12).
Harga emas untuk pengiriman naik 0,3% menjadi US$ 1.207 per ounce, dan diperdagangkan di posisi US$ 1.203,76 pad pukul 8:08 waktu Singapura. Sebagaimana diketahui, pada 19 Desember lalu, harga emas terperosok hingga harga US$ 1.188,68 per ounce, harga terendah sejak 3 Agustus 2010.
Penurunan harga emas terjadi setelah Federal Reserve mengatakan akan mengurangi stimulus. Namun, keesokan harinya, harga emas kembali naik 1,2%. Sepanjang tahun ini, harga emas turun 28%, dan ditetapkan sebagai penurunan harga emas terburuk sejak tahun 1981.
"Harga di bawah US$ 1.200 per ounce merupakan titik masuk yang menarik bagi investor,” kata Mark To, kepala penelitian Wing Fung Financial Group, salah satu perusahaan pedagang dan pengolahan emas berbasis di Hong Kong kepada Bloomberg, Senin (23/12).
Harga emas untuk pengiriman naik 0,3% menjadi US$ 1.207 per ounce, dan diperdagangkan di posisi US$ 1.203,76 pad pukul 8:08 waktu Singapura. Sebagaimana diketahui, pada 19 Desember lalu, harga emas terperosok hingga harga US$ 1.188,68 per ounce, harga terendah sejak 3 Agustus 2010.
Penurunan harga emas terjadi setelah Federal Reserve mengatakan akan mengurangi stimulus. Namun, keesokan harinya, harga emas kembali naik 1,2%. Sepanjang tahun ini, harga emas turun 28%, dan ditetapkan sebagai penurunan harga emas terburuk sejak tahun 1981.
Editor: Asnil Bambani Amri
JPY tertopang aksi ambil untung
Oleh Agus Triyono - Senin, 23 Desember 2013 | 06:08 WIB
JAKARTA. Yen menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Aksi ambil untung pasar pasca penguatan tajam sejumlah mata uang utama dunia terhadap yen pekan lalu telah menguatkan pergerakan JPY. Di pasar spot Jumat (20/12), pasangan USD/JPY melemah 0,14% menjadi 104,10, pasangan EUR/JPY melemah 0,06% menjadi 142,32. Namun, pasangan AUD/ JPY masih menguat 0,46% menjadi 92,8450 dibanding hari sebelumnya. Sejumlah mata uang utama dunia, pekan lalu, menguat ke level tertinggi sejak tahun 2008 terhadap yen setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengurangi stimulus moneter mulai Januari 2012 dari sebelumnya US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar. Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures mengatakan, mata utang utama dunia menguat mayoritas terhadap yen pada saat pengumuman keputusan pemangkasan stimulus. Penguatan tajam tersebut telah memicu aksi ambil untung sehingga yen bisa terangkat. "Pasangan EUR/JPY juga sudah menguat cukup lama, hampir enam minggu belakangan ini," katanya. Nanang Wahyudin, analis SoeGee Futures memperkirakan, walaupun menguat, kemungkinan besar penguatan yen tersebut tidak akan bertahan lama. Pernyataan Bank of Japan (BoJ), akhir pekan lalu, bahwa mereka masih akan tetap menjalankan kebijakan moneter longgar agar pemulihan ekonomi Jepang berlanjut, akan kembali melemahkan yen. Tekanan terhadap JPY kemungkinan besar juga akan datang dari kondisi ekonomi Negeri Paman Sam yang mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Kondisi ini kemungkinan besar akan terus memicu optimisme pasar bahwa dalam beberapa waktu ke depan Bank Sentral AS akan melanjutkan pengurangan stimulus moneter. Alhasil, USD/JPY berpotensi menguat. Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan pasangan AUD/JPY dipicu oleh aksi bargain hunting akibat pelemahan aussie belakangan ini. Editor: Wahyu Tri Rahmawati
http://investasi.kontan.co.id/news/jpy-tertopang-aksi-ambil-untung
JAKARTA. Yen menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Aksi ambil untung pasar pasca penguatan tajam sejumlah mata uang utama dunia terhadap yen pekan lalu telah menguatkan pergerakan JPY. Di pasar spot Jumat (20/12), pasangan USD/JPY melemah 0,14% menjadi 104,10, pasangan EUR/JPY melemah 0,06% menjadi 142,32. Namun, pasangan AUD/ JPY masih menguat 0,46% menjadi 92,8450 dibanding hari sebelumnya. Sejumlah mata uang utama dunia, pekan lalu, menguat ke level tertinggi sejak tahun 2008 terhadap yen setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengurangi stimulus moneter mulai Januari 2012 dari sebelumnya US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar. Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures mengatakan, mata utang utama dunia menguat mayoritas terhadap yen pada saat pengumuman keputusan pemangkasan stimulus. Penguatan tajam tersebut telah memicu aksi ambil untung sehingga yen bisa terangkat. "Pasangan EUR/JPY juga sudah menguat cukup lama, hampir enam minggu belakangan ini," katanya. Nanang Wahyudin, analis SoeGee Futures memperkirakan, walaupun menguat, kemungkinan besar penguatan yen tersebut tidak akan bertahan lama. Pernyataan Bank of Japan (BoJ), akhir pekan lalu, bahwa mereka masih akan tetap menjalankan kebijakan moneter longgar agar pemulihan ekonomi Jepang berlanjut, akan kembali melemahkan yen. Tekanan terhadap JPY kemungkinan besar juga akan datang dari kondisi ekonomi Negeri Paman Sam yang mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Kondisi ini kemungkinan besar akan terus memicu optimisme pasar bahwa dalam beberapa waktu ke depan Bank Sentral AS akan melanjutkan pengurangan stimulus moneter. Alhasil, USD/JPY berpotensi menguat. Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan pasangan AUD/JPY dipicu oleh aksi bargain hunting akibat pelemahan aussie belakangan ini. Editor: Wahyu Tri Rahmawati
http://investasi.kontan.co.id/news/jpy-tertopang-aksi-ambil-untung
Apa itu Quantitative Easing? Apa itu Tapering?
Oleh Asnil Bambani Amri, Dityasa H Forddanta, Oginawa R Prayogo, Margareta Engge Kharismawati - Senin, 23 Desember 2013 | 08:23 WIB
JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS)
atau Federal Reserve (Fed) akhirnya membuat keputusan terkait
pengurangan stimulus pada Rabu (18/12) lalu. The Fed memutuskan
mengurangi stimulus (tapering off) dari semula US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar per bulan berlaku Januari 2014.
Keputusan itu diambil setelah the Fed menyimpulkan adanya perbaikan ekonomi AS usai mengalami resesi terburuk sejak 1930. "Seiring kemajuan yang di pasar tenaga kerja yang positif, the Fed memutuskan mengurangi nilai pembelian aset," jelas pernyataan the Federal Open Market Committee (FOMC) di Washington, Rabu (18/12).
Quantitative easing atau pembelian aset oleh the Fed dibagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang akan dilakukan dimulai Januari tahun 2014.
Namun, pemangkasan stimulus yang dilakukan Januari itu belum usai. Sebab, the Fed akan melakukan pengurangan stimulus lanjutan jika ekonomi AS membaik lagi. "Jika kondisi tenaga kerja dan tingkat inflasi sesuai target, komite akan kembali mengurangi stimulus secara bertahap," jelas the Fed.
Namun, sebelum membicarakan lebih lanjut dampak kebijakan tersebut terhadap Indonesia, sebaiknya kita bahas dulu apa itu quantitative easing (QE) dan apa itu tapering off? Dan siapa itu Federal Reserve?
Siapa Federal Reserve?
The Federal Reserve disingkat the Fed merupakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang merupakan gabungan dari bank sentral yang ada di negara-negara bagian AS. Seperti bank sentral Indonesia, The Fed memiliki tugas utama mengontrol suplai uang tunai dolar AS.
Selain itu, The Fed juga mengatur ribuan bank swasta di seluruh AS dan juga memberikan pinjaman darurat kepada mereka, jika bank swasta itu mengalami kekurangan uang tunai.
Apa itu tapering off?
Sebelum memahami tapering off, sebaiknya kita memahami dulu sikap The Fed ketika membuat keputusan membeli obligasi di pasar keuangan. Keputusan membeli obligasi inilah kemudian disebut pasar sebagai pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing (QE).
Lantas, apa pula quantitative easing (QE)?
Seperti bank sentral lainnya, the Fed mengelola perekonomian AS dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan. Namun, Fed tak tidak bisa menurunkan suku di bawah nol, di mana telah dipertahankan selama hampir lima tahun.
Jadi, the Fed mencoba cara lain guna merangsang ekonomi AS, dengan cara memompa uang langsung ke dalam sistem keuangan. Caranya adalah, the Fed mengeluarkan uang untuk membeli obligasi jangka panjang , baik itu obligasi berupa surat utang AS dan obligasi kredit perumahan. Harapannya adalah, uang itu kemudian bisa digunakan oleh perusahaan untuk keperluan lainnya.
Yang jelas, kebijakan QE dari The Fed itu telah membantu AS yang dilanda resesi sejak 2009. Namun, belum diketahui seberapa membantu kebijakan QE tersebut itu bagi pertumbuhan ekonomi AS sejak 2009 sampai tahun ini.
Sampai akhir tahun 2013, The Fed telah membeli obligasi US$ 85 miliar per bulan. Alhasil, sampai 11 Desember lalu, The Fed mengantongi hampir US$ 4 triliun dalam bentuk obligasi. Bandingkan aset yang dimiliki The Fed sebelum krisis keuangan yang hanya US$ 800 miliar.
Jadi apa tapering itu?
Yang jelas, the Fed tak ingin terus-terusan melakukan pembelian obligasi. Maka itulah, bank sentral AS ingin mengurangi stimulus berupa pembelian obligasi itu secara bertahap. Proses pengurangannya pembelian obligasi secara bertahap itulah yang kemudian dikenal dengan tapering off.
Sebab, sedikit saja perubahan yang dilakukan The Fed, bisa mengundang respons pasar, tak hanya di AS tetapi juga bagi pasar di seluruh dunia. Yang jelas The Fed ingin kembali dalam kondisi normal, alias tak ada lagi program pembelian obligasi atau menyuntik dollar ke sistem keuangan ekonomi AS.
Kapan The Fed melakukan tapering?
Nah, pada bulan Juni 2013 lalu, Ketua the Fed Ben S. Bernanke sudah mengusulkan agar the Fed segera memulai pengurangan pembelian obligasi pada tahun 2013. Saat itu, Bernanke berharap pada musim panas tahun 2014 program QE sama sekali sudah berakhir.
Namun, di bulan September 2013 lalu, pasar yang sempat menanti kabar keputusan the Fed mengurangi stimulus bisa bernafas lega. Sebab, secara tiba-tiba rapat FOMC (Federal Open Market Committee) memutuskan menunda pengurangan stimulus dengan alasan ekonomi AS masih dalam kesulitan.
Hingga pada 7-18 Desember lalu, barulah rapat FOMC memutuskan untuk mengurangi pembelian stimulus berupa pembelian obligasi dari US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan. Artinya, The Fed mengurangi pembelian US$ 10 miliar untuk obligasi.
Apa dampak tapering off AS bagi Indonesia?
Kita mungkin masih ingat bulan Juli 2013 lalu, ketika itu indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbang sangat dalam. Bahkan IHSG saat itu, IHSG jatuh lebih dari 20%, atau sudah memasuki fase bearish. Nah, salah satu penyebab dari tumbangnya IHSG kala itu berasal dari rencana the Fed mengurangi stimulus.
Maklum, keinginan the Fed mengurangi stimulus atau tapering off telah membuat dana asing yang parkir di Indonesia ramai-ramai keluar dari Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun ini saja, investor asing yang mencatatkan net sell asing di pasar saham sebesar Rp 15,29 triliun. Nilai dana asing yang keluar itu hampir sama dengan nilai dana asing yang masuk tahun 2012, sebesar Rp 15,2 triliun.
Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand bilang, salah satu faktor yang membuat hengkangnya dana asing itu karena adanya spekulasi the Fed yang mengurangi stimulus.
Menurut Andy, fund manager asing cenderung memburu untung ke negara berkembang. Namun, sejak muncul spekulasi adanya rencana tapering, mereka mengubah portofolio, sehingga banyak dana asing di negara berkembang ditarik kembali ke negara asalnya.
Setelah tapering off pada18 Desember lalu, apa yang terjadi?
Sehari setelah the Fed memutuskan pengurangan stimulus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (19/12) indeks justru ditutup di zona hijau dengan penguatan 35,70 poin atau menguat 0,85% menjadi 4.231,98.
IHSG rupanya memberikan respons positif atas pengurangan stimulus dari The Fed. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities menilai, kenaikan IHSG itu menyusul indeks Dow Jones yang juga naik tajam setelah the Fed mengumumkan penurunan stimulus.
Pasalnya, kata Edwin, meski The Fed mengurangi stimulus, namun bank sentral AS itu tetap mempertahankan suku bunga rendah. Menurut Edwin, yang menjadi perhatian investor saat ini adalah suku bunga acuan atau Fed Rate, bukan lagi pembatasan stimulus.
Jika Fed Rate naik, barulah hot money yang selama ini ada di negara berkembang termasuk di Indonesia akan hengkang dan kembali ke negaranya. "Jika itu terjadi, maka pasar seperti kolam yang sedang dikeringi," tandasnya. Untungnya, kata Edwin, the Fed tetap mempertahankan bunga rendah.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities juga bilang hal senada. Menurutnya, pelaku pasar sudah menemukan kepastian yang selama ini nantikan. Sebelumnya, banyak investor wait and see dan menunggu keputusan pengurangan stimulus. “Karena keputusan sudah diumumkan, maka indeks menguat," kata Reza.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menilai, keputusan The Fed mengurangi stimulus menjadi US$ 75 miliar per bulan mulai Januari tidak mempengaruhi pasar dalam negeri. Sebab, kata Bambang, pengaruh kebijakan The Fed itu sudah terasa sejak Mei lalu.
Salah satu pengaruhnya itu adalah, keluarnya hot money di pasar dalam negeri di bulan Juli dan setelahnya. “Sehingga keputusan kemarin (The Fed) tidak menimbulkan gejolak, karena pasar sudah meresponsnya sejak bulan Mei lalu,” terang Bambang.
Selain itu, kata Bambang, rencana pengurangan stimulus oleh AS itu sudah terdeteksi jauh-jauh hari. Sehingga, pemerintah dan Bank Sentral Indonesia sudah mempersiapkan antisipasi sejak jauh-jauh hari pula.
Namun kata Bambang, pengurangan stimulus mulai Januari 2014 oleh The Fed bukanlah akhir dari masalah tapering di AS. Bambang bilang, yang saat ini mesti diwaspadai adalah, adanya pengurangan stimulus lanjutan dengan nilai yang lebih besar.
Apa antisipasi Indonesia hadapi tapering lanjutan?
The Fed sudah mengeluarkan pernyataan, bahwa pengurangan stimulus akan terus berlanjut dengan cara bertahap mengikuti perbaikan kondisi ekonomi AS. Untuk mengantisipasi hal itu, Bambang mengaku sudah mempersiapkan jurus jitu.
Salah satu antisipasi yang dipersiapkan pemerintah dalam menyambut pengurangan stimulus yang lebih besar dari The Fed adalah; mengeluarkan Bonds Stabilization Framework (BSF), kebijakan yang memungkinkan pemerintah melakukan buyback atas surat utang milik negara dan BUMN.
Sementara itu, BI juga sudah mempersiapkan amunisinya jika ada tapering lanjutan dari the Fed dieksekusi. BI menurut Agus sudah membuat Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan (BoJ) senilai US$ 22,78 miliar.
Selain itu, BI juga menandatangani perjanjian ASEAN Swap Arrangement senilai US$ 2 miliar, BSA dengan China senilai US$ 15 miliar, dan Korea Selatan senilai US$ 10 miliar. Di samping itu, BI juga memiliki fasilitas dana siaga dalam bentuk deferred drawdown option (DDO) senilai US$ 5,5 miliar.
"Ini adalah bentuk kesiapan kami. Kami tidak perlu berharap untuk menggunakan itu. Itu sifatnya hanya berjaga-jaga," Kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Adanya BSA dengan beberapa negara tersebut dijadikan sebagai second line of defence ekonomi Indonesia. Dana tersebut akan dicairkan jika keadaan ekonomi sudah dalam tahap genting. Lantas, kapan tapering lanjutan akan dilakukan The Fed? Kita tunggu saja.
Keputusan itu diambil setelah the Fed menyimpulkan adanya perbaikan ekonomi AS usai mengalami resesi terburuk sejak 1930. "Seiring kemajuan yang di pasar tenaga kerja yang positif, the Fed memutuskan mengurangi nilai pembelian aset," jelas pernyataan the Federal Open Market Committee (FOMC) di Washington, Rabu (18/12).
Quantitative easing atau pembelian aset oleh the Fed dibagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang akan dilakukan dimulai Januari tahun 2014.
Namun, pemangkasan stimulus yang dilakukan Januari itu belum usai. Sebab, the Fed akan melakukan pengurangan stimulus lanjutan jika ekonomi AS membaik lagi. "Jika kondisi tenaga kerja dan tingkat inflasi sesuai target, komite akan kembali mengurangi stimulus secara bertahap," jelas the Fed.
Namun, sebelum membicarakan lebih lanjut dampak kebijakan tersebut terhadap Indonesia, sebaiknya kita bahas dulu apa itu quantitative easing (QE) dan apa itu tapering off? Dan siapa itu Federal Reserve?
Siapa Federal Reserve?
The Federal Reserve disingkat the Fed merupakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang merupakan gabungan dari bank sentral yang ada di negara-negara bagian AS. Seperti bank sentral Indonesia, The Fed memiliki tugas utama mengontrol suplai uang tunai dolar AS.
Selain itu, The Fed juga mengatur ribuan bank swasta di seluruh AS dan juga memberikan pinjaman darurat kepada mereka, jika bank swasta itu mengalami kekurangan uang tunai.
Apa itu tapering off?
Sebelum memahami tapering off, sebaiknya kita memahami dulu sikap The Fed ketika membuat keputusan membeli obligasi di pasar keuangan. Keputusan membeli obligasi inilah kemudian disebut pasar sebagai pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing (QE).
Lantas, apa pula quantitative easing (QE)?
Seperti bank sentral lainnya, the Fed mengelola perekonomian AS dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan. Namun, Fed tak tidak bisa menurunkan suku di bawah nol, di mana telah dipertahankan selama hampir lima tahun.
Jadi, the Fed mencoba cara lain guna merangsang ekonomi AS, dengan cara memompa uang langsung ke dalam sistem keuangan. Caranya adalah, the Fed mengeluarkan uang untuk membeli obligasi jangka panjang , baik itu obligasi berupa surat utang AS dan obligasi kredit perumahan. Harapannya adalah, uang itu kemudian bisa digunakan oleh perusahaan untuk keperluan lainnya.
Yang jelas, kebijakan QE dari The Fed itu telah membantu AS yang dilanda resesi sejak 2009. Namun, belum diketahui seberapa membantu kebijakan QE tersebut itu bagi pertumbuhan ekonomi AS sejak 2009 sampai tahun ini.
Sampai akhir tahun 2013, The Fed telah membeli obligasi US$ 85 miliar per bulan. Alhasil, sampai 11 Desember lalu, The Fed mengantongi hampir US$ 4 triliun dalam bentuk obligasi. Bandingkan aset yang dimiliki The Fed sebelum krisis keuangan yang hanya US$ 800 miliar.
Jadi apa tapering itu?
Yang jelas, the Fed tak ingin terus-terusan melakukan pembelian obligasi. Maka itulah, bank sentral AS ingin mengurangi stimulus berupa pembelian obligasi itu secara bertahap. Proses pengurangannya pembelian obligasi secara bertahap itulah yang kemudian dikenal dengan tapering off.
Sebab, sedikit saja perubahan yang dilakukan The Fed, bisa mengundang respons pasar, tak hanya di AS tetapi juga bagi pasar di seluruh dunia. Yang jelas The Fed ingin kembali dalam kondisi normal, alias tak ada lagi program pembelian obligasi atau menyuntik dollar ke sistem keuangan ekonomi AS.
Kapan The Fed melakukan tapering?
Nah, pada bulan Juni 2013 lalu, Ketua the Fed Ben S. Bernanke sudah mengusulkan agar the Fed segera memulai pengurangan pembelian obligasi pada tahun 2013. Saat itu, Bernanke berharap pada musim panas tahun 2014 program QE sama sekali sudah berakhir.
Namun, di bulan September 2013 lalu, pasar yang sempat menanti kabar keputusan the Fed mengurangi stimulus bisa bernafas lega. Sebab, secara tiba-tiba rapat FOMC (Federal Open Market Committee) memutuskan menunda pengurangan stimulus dengan alasan ekonomi AS masih dalam kesulitan.
Hingga pada 7-18 Desember lalu, barulah rapat FOMC memutuskan untuk mengurangi pembelian stimulus berupa pembelian obligasi dari US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan. Artinya, The Fed mengurangi pembelian US$ 10 miliar untuk obligasi.
Apa dampak tapering off AS bagi Indonesia?
Kita mungkin masih ingat bulan Juli 2013 lalu, ketika itu indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbang sangat dalam. Bahkan IHSG saat itu, IHSG jatuh lebih dari 20%, atau sudah memasuki fase bearish. Nah, salah satu penyebab dari tumbangnya IHSG kala itu berasal dari rencana the Fed mengurangi stimulus.
Maklum, keinginan the Fed mengurangi stimulus atau tapering off telah membuat dana asing yang parkir di Indonesia ramai-ramai keluar dari Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun ini saja, investor asing yang mencatatkan net sell asing di pasar saham sebesar Rp 15,29 triliun. Nilai dana asing yang keluar itu hampir sama dengan nilai dana asing yang masuk tahun 2012, sebesar Rp 15,2 triliun.
Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand bilang, salah satu faktor yang membuat hengkangnya dana asing itu karena adanya spekulasi the Fed yang mengurangi stimulus.
Menurut Andy, fund manager asing cenderung memburu untung ke negara berkembang. Namun, sejak muncul spekulasi adanya rencana tapering, mereka mengubah portofolio, sehingga banyak dana asing di negara berkembang ditarik kembali ke negara asalnya.
Setelah tapering off pada18 Desember lalu, apa yang terjadi?
Sehari setelah the Fed memutuskan pengurangan stimulus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (19/12) indeks justru ditutup di zona hijau dengan penguatan 35,70 poin atau menguat 0,85% menjadi 4.231,98.
IHSG rupanya memberikan respons positif atas pengurangan stimulus dari The Fed. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities menilai, kenaikan IHSG itu menyusul indeks Dow Jones yang juga naik tajam setelah the Fed mengumumkan penurunan stimulus.
Pasalnya, kata Edwin, meski The Fed mengurangi stimulus, namun bank sentral AS itu tetap mempertahankan suku bunga rendah. Menurut Edwin, yang menjadi perhatian investor saat ini adalah suku bunga acuan atau Fed Rate, bukan lagi pembatasan stimulus.
Jika Fed Rate naik, barulah hot money yang selama ini ada di negara berkembang termasuk di Indonesia akan hengkang dan kembali ke negaranya. "Jika itu terjadi, maka pasar seperti kolam yang sedang dikeringi," tandasnya. Untungnya, kata Edwin, the Fed tetap mempertahankan bunga rendah.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities juga bilang hal senada. Menurutnya, pelaku pasar sudah menemukan kepastian yang selama ini nantikan. Sebelumnya, banyak investor wait and see dan menunggu keputusan pengurangan stimulus. “Karena keputusan sudah diumumkan, maka indeks menguat," kata Reza.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menilai, keputusan The Fed mengurangi stimulus menjadi US$ 75 miliar per bulan mulai Januari tidak mempengaruhi pasar dalam negeri. Sebab, kata Bambang, pengaruh kebijakan The Fed itu sudah terasa sejak Mei lalu.
Salah satu pengaruhnya itu adalah, keluarnya hot money di pasar dalam negeri di bulan Juli dan setelahnya. “Sehingga keputusan kemarin (The Fed) tidak menimbulkan gejolak, karena pasar sudah meresponsnya sejak bulan Mei lalu,” terang Bambang.
Selain itu, kata Bambang, rencana pengurangan stimulus oleh AS itu sudah terdeteksi jauh-jauh hari. Sehingga, pemerintah dan Bank Sentral Indonesia sudah mempersiapkan antisipasi sejak jauh-jauh hari pula.
Namun kata Bambang, pengurangan stimulus mulai Januari 2014 oleh The Fed bukanlah akhir dari masalah tapering di AS. Bambang bilang, yang saat ini mesti diwaspadai adalah, adanya pengurangan stimulus lanjutan dengan nilai yang lebih besar.
Apa antisipasi Indonesia hadapi tapering lanjutan?
The Fed sudah mengeluarkan pernyataan, bahwa pengurangan stimulus akan terus berlanjut dengan cara bertahap mengikuti perbaikan kondisi ekonomi AS. Untuk mengantisipasi hal itu, Bambang mengaku sudah mempersiapkan jurus jitu.
Salah satu antisipasi yang dipersiapkan pemerintah dalam menyambut pengurangan stimulus yang lebih besar dari The Fed adalah; mengeluarkan Bonds Stabilization Framework (BSF), kebijakan yang memungkinkan pemerintah melakukan buyback atas surat utang milik negara dan BUMN.
Sementara itu, BI juga sudah mempersiapkan amunisinya jika ada tapering lanjutan dari the Fed dieksekusi. BI menurut Agus sudah membuat Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan (BoJ) senilai US$ 22,78 miliar.
Selain itu, BI juga menandatangani perjanjian ASEAN Swap Arrangement senilai US$ 2 miliar, BSA dengan China senilai US$ 15 miliar, dan Korea Selatan senilai US$ 10 miliar. Di samping itu, BI juga memiliki fasilitas dana siaga dalam bentuk deferred drawdown option (DDO) senilai US$ 5,5 miliar.
"Ini adalah bentuk kesiapan kami. Kami tidak perlu berharap untuk menggunakan itu. Itu sifatnya hanya berjaga-jaga," Kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Adanya BSA dengan beberapa negara tersebut dijadikan sebagai second line of defence ekonomi Indonesia. Dana tersebut akan dicairkan jika keadaan ekonomi sudah dalam tahap genting. Lantas, kapan tapering lanjutan akan dilakukan The Fed? Kita tunggu saja.
Editor: Asnil Bambani Amri
Rabu, 18 Desember 2013
Catat! The Fed pangkas stimulus menjadi US$ 75 M
Kamis, 19 Desember 2013 | 04:39 WIB
WASHINGTON. The Federal Reserve mengambil
keputusan penting pada pertemuan dua harinya yang berakhir Rabu (18/12).
Yakni, memangkas nilai stimulus (tapering off) dari sebelumnya
US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan. Hal ini menandakan bahwa
perekonomian AS mulai pulih dari resesi terburuk sejak 1930 silam.
"Seiring dengan kemajuan yang signifikan dan outlook di pasar tenaga kerja yang positif, komite memutuskan untuk mengurangi nilai pembelian aset," jelas the Federal Open Market Committee di Washington. Nantinya, pembelian aset the Fed akan terbagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang akan dimulai Januari.
Bernanke, yang memasuki akhir masa jabatannya yang sudah berlangsung selama delapan tahun, berupaya untuk mengurangi pembelian aset yang sudah menggerus neraca perdagangan the Fed hingga hampir US$ 4 triliun demi menggairahkan kembali pasar tenaga kerja AS. Kebijakan ini, yang juga didukung ole Wakil Pimpinan the Fed Chairman Janet Yellen, memicu kekhawatiran kenaikan inflasi (bubble) meski berdampak positif pada perekonomian.
"Jika sejumlah informasi dan data secara umum mendukung harapan komite yakni kian membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi bergerak ke level yang kami targetkan, komite akan kembali mengurangi stimulus secara bertahap," jelas the Fed.
Target suku bunga
Bank sentral AS hari ini juga menetapkan untuk tidak mengubah suku bunga acuannya. Ke depannya, the Fed berencana untuk menahan suku bunga acuan mendekati nol selama angka pengangguran melampaui level 6,5%, dan outlook inflasi tidak lebih dari 2,5%.
"Seiring dengan kemajuan yang signifikan dan outlook di pasar tenaga kerja yang positif, komite memutuskan untuk mengurangi nilai pembelian aset," jelas the Federal Open Market Committee di Washington. Nantinya, pembelian aset the Fed akan terbagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang akan dimulai Januari.
Bernanke, yang memasuki akhir masa jabatannya yang sudah berlangsung selama delapan tahun, berupaya untuk mengurangi pembelian aset yang sudah menggerus neraca perdagangan the Fed hingga hampir US$ 4 triliun demi menggairahkan kembali pasar tenaga kerja AS. Kebijakan ini, yang juga didukung ole Wakil Pimpinan the Fed Chairman Janet Yellen, memicu kekhawatiran kenaikan inflasi (bubble) meski berdampak positif pada perekonomian.
"Jika sejumlah informasi dan data secara umum mendukung harapan komite yakni kian membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi bergerak ke level yang kami targetkan, komite akan kembali mengurangi stimulus secara bertahap," jelas the Fed.
Target suku bunga
Bank sentral AS hari ini juga menetapkan untuk tidak mengubah suku bunga acuannya. Ke depannya, the Fed berencana untuk menahan suku bunga acuan mendekati nol selama angka pengangguran melampaui level 6,5%, dan outlook inflasi tidak lebih dari 2,5%.
Editor: Barratut Taqiyyah
Sumber: Bloomberg
Outlook ekonomi AS membaik, harga minyak menanjak
Oleh Barratut Taqiyyah - Kamis, 19 Desember 2013 | 08:48 WIB
MELBOURNE. Harga kontrak minyak jenis West
Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam
sepekan terakhir pagi ini (19/12). Data Bloomberg menunjukkan, pada
pukul 11.30 waktu Sydney, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran
Januari turun 20 sen menjadi US$ 97,60 per barel. Sementara, harga
kontrak minyak WTI untuk pengantaran Februari turun 23 sen menjadi US$
97,83 per barel.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah pengumuman kebijakan the Federal Reserve yang menyatakan bahwa bank sentral AS akan mengurangi stimulus sebesar US$ 10 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar mulai Januari 2014.
"Pernyataan the Fed menekankan bahwa ekonomi AS semakin membaik dengan adanya keputusan ini. Secara teknikal, harga minyak WTI akan menguji level resisten," urai Michael McCarthy, chief strategist CMC Markets di Sydney.
Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Februari naik 1,1% menjadi US$ 109,63 per barel di ICE Futures Europe exchange kemarin di London.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah pengumuman kebijakan the Federal Reserve yang menyatakan bahwa bank sentral AS akan mengurangi stimulus sebesar US$ 10 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar mulai Januari 2014.
"Pernyataan the Fed menekankan bahwa ekonomi AS semakin membaik dengan adanya keputusan ini. Secara teknikal, harga minyak WTI akan menguji level resisten," urai Michael McCarthy, chief strategist CMC Markets di Sydney.
Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Februari naik 1,1% menjadi US$ 109,63 per barel di ICE Futures Europe exchange kemarin di London.
Editor: Barratut Taqiyyah
Tapering the Fed positif, harga emas fluktuatif
Kamis, 19 Desember 2013 | 09:31 WIB
SINGAPURA. Harga kontrak emas dunia di pasar
Asia bergerak liar pada transaksi pagi ini (19/12) setelah jatuh ke
level terendah dalam dua pekan terakhir. Data Bloomberg menunjukkan,
pagi tadi, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat turun 0,2% menjadi
US$ 1.215,93 per troy ounce. Ini merupakan level terendah sejak 6
Desember.
Sementara, pada pukul 09.30 waktu Singapura, harga kontrak yang sama naik 0,7% menjadi US$ 1.222,29 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 1,1% menjadi US$ 1.221 per troy ounce di Comex, New York.
Harga emas bergerak liar setelah the Federal Reserve memutuskan untuk melakukan pemangkasan stimulus (tapering) sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan dari sebelumnya US$ 85 miliar.
"Sebelumnya kita memprediksi, dengan adanya tapering QE harga emas akan jatuh tajam. Tapi nyatanya tidak. Pasar sebelumnya memprediksi nilai tapering akan lebih besar. Mereka cukup nyaman dengan nilai US$ 10 miliar," jelas David Lennox, resource analyst Fat Prophets di Sydney.
Sementara, pada pukul 09.30 waktu Singapura, harga kontrak yang sama naik 0,7% menjadi US$ 1.222,29 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 1,1% menjadi US$ 1.221 per troy ounce di Comex, New York.
Harga emas bergerak liar setelah the Federal Reserve memutuskan untuk melakukan pemangkasan stimulus (tapering) sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan dari sebelumnya US$ 85 miliar.
"Sebelumnya kita memprediksi, dengan adanya tapering QE harga emas akan jatuh tajam. Tapi nyatanya tidak. Pasar sebelumnya memprediksi nilai tapering akan lebih besar. Mereka cukup nyaman dengan nilai US$ 10 miliar," jelas David Lennox, resource analyst Fat Prophets di Sydney.
Editor: Barratut Taqiyyah
Sumber: Bloomberg
Langkah tapering the Fed bikin harga emas melorot
Kamis, 19 Desember 2013 | 05:57 WIB
NEW YORK. Harga kontrak emas dunia
mencatatkan penurunan tadi malam (18/12) pasca pengumuman the Federal
Reserve. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 16.05 waktu New York, harga
kontrak emas untuk pengantaran cepat tergerus 0,8% menjadi US$ 1.220,97
per troy ounce.
Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 0,9% menjadi US$ 1.219,20 per troy ounce.
Harga si kuning mentereng tergerus setelah the Federal Reserve mengumumkan akan memangkas nilai stimulus bulanan mereka menjadi US$ 75 miliar dari sebelumnya US$ 85 miliar.
The Fed juga menaikkan outlook pasar tenaga kerja dengan memprediksi tingkat pengangguran AS akan turun ke level 6,3% pada akhir tahun depan. Sebagai perbandingan, pada prediksi September, the Fed meramal angka pengangguran akan berada di kisaran 6,4% hingga 6,8% di akhir 2014.
"Keputusan the Fed berdampak bearish terhadap harga emas. The Fed berpendapat, ekonomi AS saat ini baik-baik saja dan cukup kuat untuk menanggung tapering," jelas Bart Melek, head of commodity strategy TD Securities di Toronto.
Catatan saja, sepanjang tahun ini, harga emas sudah anjlok 27%. Harga emas menuju penurunan tahunan pertama sejak 2000 silam.
Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 0,9% menjadi US$ 1.219,20 per troy ounce.
Harga si kuning mentereng tergerus setelah the Federal Reserve mengumumkan akan memangkas nilai stimulus bulanan mereka menjadi US$ 75 miliar dari sebelumnya US$ 85 miliar.
The Fed juga menaikkan outlook pasar tenaga kerja dengan memprediksi tingkat pengangguran AS akan turun ke level 6,3% pada akhir tahun depan. Sebagai perbandingan, pada prediksi September, the Fed meramal angka pengangguran akan berada di kisaran 6,4% hingga 6,8% di akhir 2014.
"Keputusan the Fed berdampak bearish terhadap harga emas. The Fed berpendapat, ekonomi AS saat ini baik-baik saja dan cukup kuat untuk menanggung tapering," jelas Bart Melek, head of commodity strategy TD Securities di Toronto.
Catatan saja, sepanjang tahun ini, harga emas sudah anjlok 27%. Harga emas menuju penurunan tahunan pertama sejak 2000 silam.
Editor: Barratut Taqiyyah
Sumber: Bloomberg
Harga emas naik sebelum Fed umumkan kebijakan
Rabu, 18 Desember 2013 | 20:42 WIB
NEW YORK. Harga emas naik saat
diperdagangkan di New York. Kenaikan harga emas ini terjadi sebelum bank
sentral Amerika Serikat (AS) satau Federal Reserve (The Fed) mengambil
keputusan terkait pemangkasan stimulus ekonomi.
Harga emas pengiriman Februari naik 0,1% menjadi US$ 1.231,80 per ounce pada pukul 7:44 waktu Comex, New York. Sementara itu, harga emas di London naik 0,1% menjadi US$ 1.232,55 per ounce di setelah turun sebanyak 0,2%.
Selain emas, harga perak dan juga paladium ikut mengalami kenaikan. "Harga emas tertahan kebijakan stimulus The Fed dan sentimen terhadap dolar Amerika Serikat (AS), " kata Andrey Kryuchenkov , analis VTB Capital kepada Bloomberg hari ini.
Sebagaimana diketahui, hari ini (18/12) pukul 14.00 waktu Washington, The Federal Open Market Committee (FOMC) akan merilis kebijakan terkait stimulus ekonomi AS. Rencananya, Ketua Fed Ben S. Bernanke akan mengumumkan kebijakan tersebut.
Berdasarkan survei Bloomberg, 34% ekonom memperkirakan The Fed akan memangkas stimulus pekan ini dan 40% ekonom memproyeksikan pemangkasan stimulus dilakukan pada bulan Maret.
Harga emas pengiriman Februari naik 0,1% menjadi US$ 1.231,80 per ounce pada pukul 7:44 waktu Comex, New York. Sementara itu, harga emas di London naik 0,1% menjadi US$ 1.232,55 per ounce di setelah turun sebanyak 0,2%.
Selain emas, harga perak dan juga paladium ikut mengalami kenaikan. "Harga emas tertahan kebijakan stimulus The Fed dan sentimen terhadap dolar Amerika Serikat (AS), " kata Andrey Kryuchenkov , analis VTB Capital kepada Bloomberg hari ini.
Sebagaimana diketahui, hari ini (18/12) pukul 14.00 waktu Washington, The Federal Open Market Committee (FOMC) akan merilis kebijakan terkait stimulus ekonomi AS. Rencananya, Ketua Fed Ben S. Bernanke akan mengumumkan kebijakan tersebut.
Berdasarkan survei Bloomberg, 34% ekonom memperkirakan The Fed akan memangkas stimulus pekan ini dan 40% ekonom memproyeksikan pemangkasan stimulus dilakukan pada bulan Maret.
Editor: Asnil Bambani Amri
Sumber: Bloomberg
Selasa, 17 Desember 2013
Bapak kiamat: Fed tak akan pernah mengakhiri QE
Oleh Barratut Taqiyyah - Rabu, 18 Desember 2013 | 08:53 WIB
NEW YORK. The Federal Reserve akan mengakhiri pertemuan rutinannya bulan Desember pada hari ini (18/12). Sejumlah pelaku pasar memprediksi, the Fed akan memutuskan untuk memangkas stimulus the Fed senilai US$ 85 miliar, dan mengakhirinya pada akhir 2014. Sementara, sejumlah analis lain meramal, the Fed baru akan mengurangi nilai stimulus pada awal 2014 dan baru mengakhiri seluruhnya pada 2015.
Optimisme pelaku pasar terhadap pemangkasan nilai stimulus the Fed didasarkan pada data ekonomi AS yang kian membaik.
Namun, Marc Faber yang terkenal dengan Bapak Kiamat, punya pandangan tersendiri. "The Fed tidak akan mengakhiri program QE selamanya. Mereka akan terus melanjutkan program ini. Sebab, sekali program ini diluncurkan, maka akan terus dijalankan seterusnya," jelas Faber, yang merupakan pengarang buku Gloom, Bloom & Doom.
Faber menambahkan, pemulihan ekonomi AS akan genap memasuki tahun kelima pada Juni tahun depan. Lalu, pada satu titik, ekonomi AS akan kembali melemah. "Pada titik itu, Fed akan kembali berargumen bahwa mereka belum cukup memberikan stimulus. Mereka akan melakukan lebih banyak lagi," urainya panjang lebar.
Sekadar informasi, the Fed akan mengumumkan keputusannya pada pukul 12.30 siang waktu Washington. Baru kemudian disusul pidato Pimpinan the Fed Ben S Bernanke pada pukul 14.30 waktu setempat.
Optimisme pelaku pasar terhadap pemangkasan nilai stimulus the Fed didasarkan pada data ekonomi AS yang kian membaik.
Namun, Marc Faber yang terkenal dengan Bapak Kiamat, punya pandangan tersendiri. "The Fed tidak akan mengakhiri program QE selamanya. Mereka akan terus melanjutkan program ini. Sebab, sekali program ini diluncurkan, maka akan terus dijalankan seterusnya," jelas Faber, yang merupakan pengarang buku Gloom, Bloom & Doom.
Faber menambahkan, pemulihan ekonomi AS akan genap memasuki tahun kelima pada Juni tahun depan. Lalu, pada satu titik, ekonomi AS akan kembali melemah. "Pada titik itu, Fed akan kembali berargumen bahwa mereka belum cukup memberikan stimulus. Mereka akan melakukan lebih banyak lagi," urainya panjang lebar.
Sekadar informasi, the Fed akan mengumumkan keputusannya pada pukul 12.30 siang waktu Washington. Baru kemudian disusul pidato Pimpinan the Fed Ben S Bernanke pada pukul 14.30 waktu setempat.
Editor: Barratut Taqiyyah
Jelang pengumuman the Fed, bursa Asia semangat
Rabu, 18 Desember 2013 | 08:33 WIB
TOKYO. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa Asia dibuka positif pada transaksi perdagangan hari ini (18/12). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.52 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,4%.
Sementara itu, indeks Topix Jepang naik 0,7% dan indeks S&P/ASX 200 Australia tak banyak mencatatkan perubahan.
Bursa Asia reli sebelum the Federal Reserve mengumumkan kebijakannya terkait stimulus AS. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, the Fed masih akan mempertahankan stimulusnya senilai US$ 85 miliar per bulan pada hari ini.
Sementara itu, indeks Topix Jepang naik 0,7% dan indeks S&P/ASX 200 Australia tak banyak mencatatkan perubahan.
Bursa Asia reli sebelum the Federal Reserve mengumumkan kebijakannya terkait stimulus AS. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, the Fed masih akan mempertahankan stimulusnya senilai US$ 85 miliar per bulan pada hari ini.
Sementara, menurut Muhamed El-Erian, chief executive officer Pacific Investment Management CO, ada 60% kemungkinan the Fed akan memangkas stimulus sebagai perubahan kebijakannya.
"Jika the Fed tidak melakukan tapering saat ini, mereka akan memberikan indikasi kuat tapering pada pertemuan Januari atau Maret," jelas Chris Weston, chief market strategist IG Ltd.
"Jika the Fed tidak melakukan tapering saat ini, mereka akan memberikan indikasi kuat tapering pada pertemuan Januari atau Maret," jelas Chris Weston, chief market strategist IG Ltd.
Editor: Barratut Taqiyyah
SUMBER: BLOOMBERG
Inflasi AS rendah, harga emas tergerus lagi di NY
Rabu, 18 Desember 2013 | 07:08 WIB
NEW YORK. Harga kontrak emas dunia turun untuk kali pertama dalam tiga sesi di Comex, New York, tadi malam (17/12). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 13.45 waktu New York, harga kontrak emas untuk pengantaran Februari turun 1,1% menjadi US$ 1.230,10 per troy ounce di Comex, New York. Sebelumnya, dalam dua sesi pertama, kontrak yang sama sempat melonjak 1,6%.
Pergerakan harga emas hari ini terjadi setelah data yang dirilis menunjukkan, tidak ada perubahan dari biaya hidup warga AS pada November dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan permintaan emas sebagai lindung nilai atas inflasi akan berkurang.
"Pasar emas bisa terdongkrak jika terjadi inflasi. Saat ini, yang terjadi sebaliknya karena pesona emas sebagai lindung nilai inflasi memudar. Banyak pelaku pasar yang keluar dari pasar emas," papar Chris Gaffney,senior market strategist EverBank Wealth Management di St. Louis.
Sekadar tambahan informasi, sepanjang tahun ini, harga emas sudah tergerus sebesar 27%. Dengan demikian, harga emas menuju penurunan tahunan pertama sejak 2000.
Pergerakan harga emas hari ini terjadi setelah data yang dirilis menunjukkan, tidak ada perubahan dari biaya hidup warga AS pada November dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan permintaan emas sebagai lindung nilai atas inflasi akan berkurang.
"Pasar emas bisa terdongkrak jika terjadi inflasi. Saat ini, yang terjadi sebaliknya karena pesona emas sebagai lindung nilai inflasi memudar. Banyak pelaku pasar yang keluar dari pasar emas," papar Chris Gaffney,senior market strategist EverBank Wealth Management di St. Louis.
Sekadar tambahan informasi, sepanjang tahun ini, harga emas sudah tergerus sebesar 27%. Dengan demikian, harga emas menuju penurunan tahunan pertama sejak 2000.
Editor: Barratut Taqiyyah
SUMBER: BLOOMBERG
Rabu, 11 Desember 2013
Bursa Eropa Flat Tunggu Pertemuan Fed - INILAH.com
Bursa Eropa Flat Tunggu Pertemuan Fed - INILAH.com
INILAH.COM, London - Bursa saham Eropa bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (11/12/2013). Investor memilih menahan diri menjelang pertemuan bulanan The Fed pada pekan depan.
Indeks Stoxx Europe 600 melemah 0,05% ke 314,74. Saham Lloyds Banking Group turun 1,1%. Saham Volkswagen turun 1,3%, aham Royal Mail Plc turun 1,2% setelah Nomura memberikan rekomendasi jual dari netral.
Indeks FTSE melemah 0,07% ke 6.526,14, indeks CAC naik 0,3% ke 4.104,54 dan indeks DAX mendatar ke 9,111,43.
Indeks Stoxx Europe 600 melemah 0,05% ke 314,74. Saham Lloyds Banking Group turun 1,1%. Saham Volkswagen turun 1,3%, aham Royal Mail Plc turun 1,2% setelah Nomura memberikan rekomendasi jual dari netral.
Indeks FTSE melemah 0,07% ke 6.526,14, indeks CAC naik 0,3% ke 4.104,54 dan indeks DAX mendatar ke 9,111,43.
Sementara bursa saham AS pada perdagangan Selasa (10/12/2013) berakhir negatif. Investor mencermati rencana pertemuan The Fed pada bulan Desember 2013 ini.
Indeks S&P akhirnya turun 0,3% menjadi 1.802,62. Indeks Dow Jones terpangkas 0,3% menjadi 15.973,13. Sementara indeks Nasdaq lebih rendah 0,2%, menjadi 4.060,49.
Indeks S&P akhirnya turun 0,3% menjadi 1.802,62. Indeks Dow Jones terpangkas 0,3% menjadi 15.973,13. Sementara indeks Nasdaq lebih rendah 0,2%, menjadi 4.060,49.
Selasa, 10 Desember 2013
Bursa Asia Melemah Jelang Pertemuan Fed - INILAH.com
Bursa Asia Melemah Jelang Pertemuan Fed - INILAH.com
INILAH.COM, Singapura - Bursa saham Asia bergerak lebih rendah pada perdagangan Rabu (11/12/2013) karena investor menahan diri menjelang pertemuan The Fed pada pekan depan.
Hal ini seiring dengan bursa saham AS pada perdagangan Selasa (10/12/2013) berakhir negatif. Investor mencermati rencana pertemuan The Fed pada bulan Desember 2013 ini.
Indeks S&P akhirnya turun 0,3% menjadi 1.802,62. Indeks Dow Jones terpangkas 0,3% menjadi 15.973,13. Sementara indeks Nasdaq lebih rendah 0,2%, menjadi 4.060,49.
Bursa saham di China melemah seperti indeks Hang Seng kehilangan 0,6% dan indeks Shanghai turu 0,6%. Investor menunggu kesimpulan pertemuan pejabat senior sejak Selasa kemarin. Mereka mengevaluasi kemajuan ekonomi di Tahu ini dan rencana di tahun 2014.
Saham HSBC bergerak terbatas hanya naik 0,1% setelah setuju menjual 8% sahamnya di Bank of Shanghai ke bank Spanyol, Banco Santander . HSBC tanpa penjelasan banyaknya penjualan, tetapi total kepemilikannya mencapai US$468 juta per 30 September.
Bursa Korsel, Indeks Kospi naik 0,3%. Indeks ASX di Australia turun 0,1%. Indeks ASX telah mengalami penurunan dalam lima hari perdagangan.
INILAH.COM, Singapura - Bursa saham Asia bergerak lebih rendah pada perdagangan Rabu (11/12/2013) karena investor menahan diri menjelang pertemuan The Fed pada pekan depan.
Hal ini seiring dengan bursa saham AS pada perdagangan Selasa (10/12/2013) berakhir negatif. Investor mencermati rencana pertemuan The Fed pada bulan Desember 2013 ini.
Indeks S&P akhirnya turun 0,3% menjadi 1.802,62. Indeks Dow Jones terpangkas 0,3% menjadi 15.973,13. Sementara indeks Nasdaq lebih rendah 0,2%, menjadi 4.060,49.
Bursa saham di China melemah seperti indeks Hang Seng kehilangan 0,6% dan indeks Shanghai turu 0,6%. Investor menunggu kesimpulan pertemuan pejabat senior sejak Selasa kemarin. Mereka mengevaluasi kemajuan ekonomi di Tahu ini dan rencana di tahun 2014.
Saham HSBC bergerak terbatas hanya naik 0,1% setelah setuju menjual 8% sahamnya di Bank of Shanghai ke bank Spanyol, Banco Santander . HSBC tanpa penjelasan banyaknya penjualan, tetapi total kepemilikannya mencapai US$468 juta per 30 September.
Bursa Korsel, Indeks Kospi naik 0,3%. Indeks ASX di Australia turun 0,1%. Indeks ASX telah mengalami penurunan dalam lima hari perdagangan.
Bursa AS terperosok setelah S&P 500 cetak rekor
Rabu, 11 Desember 2013 | 05:25 WIB
NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat terperosok turun setelah indeks Standard & Poor 500 mencapai rekor pada perdagangan Selasa (10/12).
Dolar AS melemah karena anggota parlemen AS gagal mencapai kesepakatan anggaran. Sementara itu, minyak , emas dan kopi memimpin kenaikan komoditas karena dolar melemah.
Indeks S & P 500 turun 0,3% menjadi 1.802,62 pada pukul 16:33 waktu York. The Stoxx Europe 600 Index turun 0,7% sementara euro menguat untuk hari keenam dalam reli terpanjang tahun ini. Emas berjangka melonjak 2,2%, kenaikan terbesar dalam hampir dua bulan terakhir,
Harga minyak mentah naik 1,2% ke level tertinggi enam minggu. Bursa saham AS turun untuk pertama kalinya dalam tiga hari karena para investor mengamati potensi pemangkasan stimulus moneter oleh Federal Reserve.
Barclays Plc, mengatakan untuk mengurangi kepemilikan saham AS pada tahun 2014, karena alasan valuasi yang kurang menarik. Sebab, senator di AS berusaha menyelesaikan masalah pembicaraan anggaran dengan pemerintah.
"Ada keraguan melihat prospek anggaran dan pertemuan The Fed pekan depan," kata Dan Greenhaus, strategi global senior di BTIG LLC kepadaBloomberg di New York,
Editor: Asnil Bambani Amri
SUMBER: BLOOMBERG
Harga gas alam makin tancap gas
Oleh Agus Triyono, Dina Farisah - Rabu, 11 Desember 2013 | 07:18 WIB
JAKARTA. Harga gas alam dalam tren penguatan. Penyebabnya, cuaca dingin di sejumlah kawasan Amerika Serikat (AS). Musim dingin mengangkat permintaan gas alam sebagai bahan bakar penghangat.
Harga gas alam untuk pengiriman Januari 2014, Selasa (10/12) pukul 16.00 WIB di Nymex, menguat tipis 0,05% menjadi US$ 4,234 per million metric british thermal unit (mmbtu) dibanding sehari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, harga gas alam terangkat 16,86%.
Berdasarkan laporan Layanan Cuaca Nasional Amerika dan AccuWeather Inc., di beberapa kawasan Amerika, seperti Virginia Barat dan Maryland cuaca akan lebih dingin dari biasanya. Bahkan di Maryland cuaca dingin disertai hujan es.
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pengguna gas alam sebagai bahan bakar penghangat ruangan di AS mencapai 49% dari total permintaan rumah tangga. Kenaikan permintaan tersebut membuat harga gas terus menanjak.
Selain itu, kata dia, harga gas alam juga mendapatkan katalis dari data ekonomi global dan ekonomi AS yang belakangan ini membaik. Ini meningkatkan harapan pasar terhadap semakin cerahnya prospek permintaan gas alam untuk kebutuhan energi di masa depan.
Topangan penguatan harga gas alam yang lain datang dari data impor energi China, salah satu pengguna gas alam terbesar di dunia yang positif. “Tapi, ketakutan pasar terhadap isu percepatan pengurangan stimulus moneter Amerika membuat penguatan harga gas alam terbatas,” kata Zulfirman.
Melanjutkan penguatan
Analis PT Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono menilai, tren kenaikan kenaikan harga gas alam masih akan berlanjut hingga rapat The Fed pada 17 Desember-18 Desember 2013. Harga gas alam masih berpeluang menuju US$ 4,3 per mmbtu dalam waktu dekat.
“Sebenarnya harga gas alam sudah jenuh beli. Wajar apabila terjadi koreksi dalam waktu dekat. Meski demikian, ruang penguatan masih terbuka,” tutur Wahyu.
Secara teknikal, harga gas alam masih berpotensi melanjutkan penguatan dalam sepekan ke depan. Moving average convergence divergence (MACD) masih berada di area positif. Harga masih di atas moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Sementara itu, relative strength index (RSI) dan stochastic berada di area jenuh beli, mengindikasikan potensi koreksi.
Proyeksi Zulfirman, sepekan ke depan, gas alam akan menguat di US$ 4,000- US$ 4,450 per mmbtu. Prediksi Wahyu, harga bergerak di US$ 3,87-US$ 4,40 per mmbtu.
Editor: Rizki
Harga emas menguat setelah dolar AS loyo
Oleh Asnil Bambani Amri - Rabu, 11 Desember 2013 | 05:41 WIB
NEW YORK. Pada perdagangan hari Selasa (10/12), harga emas ditutup menguat dan tercatat sebagai kenaikan harga terbesar sejak pertengahan Oktober karena dolar melemah. Permintaan terhadap logam mulia naik sebagai alternatif investasi. Sementara itu, harga perak mencapai harga tertinggi dalam hampir tiga minggu .
The Bloomberg US Dollar Index turun dan tercatat sebagai penurunan terpanjang dalam dua bulan. Bart Melek , kepala strategi komoditas TD Securities di Toronto bilang, pedagang membatalkan proyeksinya karea harga emas justru naik saat ada spekulasi Federal Reserve memangkas stimulus.
"Dolar melemah, sehingga membantu harga emas," kata Melek dalam sebuah wawancara telepon. Harga emas berjangka untuk pengiriman Februari naik 2,2% dan menetap di harga US$ 1,261,10 per ounce pukul 1:37 waktu Comex, New York.
Ini merupakan, kenaikan terbesar sejak 17 Oktober dimana harga emas sempat mencapai US$ 1,267.50 per ounce, harga tertinggi sejak 20 November.
Editor: Asnil Bambani Amri
Senin, 09 Desember 2013
Arah harga emas menunggu The Fed
Oleh Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana - Selasa, 10 Desember 2013 | 08:09 WIB
JAKARTA. Harga emas bergerak datar cenderung kuat. Aksi tunggu pasar terhadap hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) soal kelanjutan program stimulus moneter pada 19 Desember mendatang hanya membuat harga emas menguat tipis.
Di Bursa Comex sampai dengan Senin (9/12) pukul 16.10 WIB, harga emas untuk pengiriman Februari 2014 stagnan di level US$ 1.229 per ons troi, sama seperti penutupan harga akhir pekan lalu.
Bank Sentral AS akan menggelar pertemuan penting pada 18-19 Desember guna membahas kelanjutan program stimulus moneter. Dua pekan sebelum pertemuan itu digelar, sejumlah data ekonomi penting AS yang menjadi bahan pertimbangan bagi bank sentral Negeri Paman Sam untuk mengubah kebijakan moneter, dirilis bagus.
Salah satunya, data penciptaan lapangan kerja yang sepanjang November bertambah 203.000 dan jumlah angka pengangguran yang turun ke level 7%. Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, secara momentum sebenarnya rilis data penciptaan lapangan kerja di AS yang positif akhir pekan lalu bisa menekan harga emas.
Sebab, data ini bisa memberi sinyal bagi Bank Sentral AS untuk segera mengurangi stimulus moneter. "Tapi tekanan hebat tidak terjadi, karena pasar masih nunggu hasil pertemuan Fed nanti," katanya.
Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures mengatakan, kestabilan harga emas juga dipicu oleh aksi tunggu pasar terhadap rilis data ekonomi penting lanjutan dari AS, seperti data penjualan ritel dan angka tunjangan pengangguran.
Jika data itu bagus dan The Fed memutuskan untuk mengurangi stimulus pada Desember ini, dipastikan emas akan tertekan hingga akhir tahun. "Tapi, harga emas tidak akan turun hingga berada di bawah level harga US$ 1.200 per ons troi, karena selama ini harga US$ 1.200 coba ditembus tapi selalu gagal," ujar Suluh.
Secara teknikal, Ariston mengatakan, sepekan ke depan, harga emas masih akan melemah. Pola pelemahan ini terbaca dari moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area -45.Stochastic yang berada di bawah garis jenuh jual juga masih menunjukkan potensi pelemahan harga emas.
Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, harga emas akan melemah di kisaran US$ 1.207-US$ 1.280 per ons troi. Suluh memprediksi, harga emas sepekan ke depan akan melemah di kisaran US$ 1.210-US$ 1.240 per ons troi.
Editor: Wahyu Tri Rahmawati
Kamis, 05 Desember 2013
Harga minyak naik dipicu oleh dua faktor ini
Jumat, 06 Desember 2013 | 08:49 WIB
SYDNEY. Harga kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) pagi ini (6/12) menuju kenaikan mingguan terbesar dalam lima bulan terakhir. Data Bloomberg, pada pukul 11.44 waktu Sydney, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran Januari berada di level US$ 97,43 per barel di New York Mercantile Exchange atau naik 5 sen.
Kemarin, kontrak yang sama diperdagangkan naik 18 sen menjadi US$ 97,38 per barel dan merupakan level penutupan tertinggi sejak 29 Oktober lalu.
Kenaikan harga minyak terpacu oleh data ekonomi AS yang kian membaik. Seperti yang diketahui, AS berhasil mencatatkan pertumbuhan tercepat sejak awal 2012 pada kuartal III lalu sebesar 3,6%. Pulihnya ekonomi AS menandakan tingkat permintaan minyak akan menanjak.
Selain itu, faktor lainnya adalah cadangan minyak AS yang merosot untuk kali pertama dalam 11 pekan terakhir pada periode yang berakhir 29 November.
"Fokus utama bagi para trader minyak saat ini adalah pergerakan dollar AS dan data tenaga kerja AS," jelas Ric Spooner, chief analyst CMC Markets CMC Markets di Sydney.
Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Januari turun 90 sen atau 0,8% menjadi US$ 110,98 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Kemarin, kontrak yang sama diperdagangkan naik 18 sen menjadi US$ 97,38 per barel dan merupakan level penutupan tertinggi sejak 29 Oktober lalu.
Kenaikan harga minyak terpacu oleh data ekonomi AS yang kian membaik. Seperti yang diketahui, AS berhasil mencatatkan pertumbuhan tercepat sejak awal 2012 pada kuartal III lalu sebesar 3,6%. Pulihnya ekonomi AS menandakan tingkat permintaan minyak akan menanjak.
Selain itu, faktor lainnya adalah cadangan minyak AS yang merosot untuk kali pertama dalam 11 pekan terakhir pada periode yang berakhir 29 November.
"Fokus utama bagi para trader minyak saat ini adalah pergerakan dollar AS dan data tenaga kerja AS," jelas Ric Spooner, chief analyst CMC Markets CMC Markets di Sydney.
Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Januari turun 90 sen atau 0,8% menjadi US$ 110,98 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Editor: Barratut Taqiyyah
SUMBER: BLOOMBERG
Langganan:
Postingan (Atom)