Rabu, 23 Oktober 2013

Pasar Berekspektasi Mundurnya Tapering The Fed - INILAH.com

Pasar Berekspektasi Mundurnya Tapering The Fed - INILAH.com

INILAH.COM, Jakarta – IHSG dan rupiah kompak menguat. Pasar berekspektasi tapering the Fed diundur seiring melambatnya data tenaga kerja AS selama kuartal III-2013 dan deadline debt ceiling awal 2014.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah Rabu ini masih dipicu oleh kejutan dari negatifnya data nonfarm payrolls AS. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan upah yang negatif.
Kondisi ini, kata dia, menjadi katalis negatif untuk mata uang dolar AS sehingga rupiah terangkat. "Karena itu, sepanjang perdangan, rupiah mencapai level terkuatnya 11.235 dengan level terlemah 11.270 dari posisi pembukaan 11.265 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (23/10/2013).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (23/10/2013) ditutup menguat 23 poin (0,20%) ke posisi 11.265/11.273 dari posisi kemarin 11.288/11.298.
Lebih jauh dia menjelaskan, laporan tenaga kerja AS bulan September 2013 itu menunjukkan bahwa momentum pasar tenaja kerja AS sepanjang kuartal III-2013 telah melambat. "Sebab, data ini dihimpun sebelum terjadinya shutdown pemerintahan AS sehingga bisa disimpulkan menunjukkan fakta pelambatan," tandas dia.
Padahal, kata Christian, sebelumnya pasar mengantisipasi kenaikan data tersebut secara moderat. "Selanjutnya, pada November maupun Desember, kemungkinan, pertumbuhan tenaga kerja juga masih cenderung tertekan akibat adanya hambatan fiskal dan juga penurunan permintaan dari sektor korporasi untuk melakukan ekspansi," kata dia.
Kondisi ini, dia menegaskan, secara keseluruhan menguatkan pandangan atau ekspektasi atas penundaan tapering The Fed. "Saat ini, ada tiga kemungkinan yang sedang diantisipasi pasar yakni, pertama, tapering akan dilakukan pada Desember 2013, kedua, tapering pada awal 2014, dan opsi ketiga, tapering pada Maret 2014," papar dia.
Sebab, menurut dia, pada pada awal 2014 akan ada deadline debt ceiling baru bagi AS. Jika negosiasi antara Partai Demokrat dan Partai Republik di Kongres AS masih alot, mereka kemungkinan The Fed akan menangguhkan tapering hingga Maret 2014.
"Akibatnya, ekspektasi tapering pada Desember 2013 semakin menyusut seiring data nonfarm payrolls AS yang mengindikasikan perlambatan," ungkap dia.
Alhasil, rupiah menguat meski dolar AS juga menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS menguat ke 79,30 dari sebelumnya 79,26. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke US$1,3757 dari sebelumnya US$1,3777 per euro," imbuh Christian.
Dari bursa saham, Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan, pemodal asing benar-benar pusing. “Mungkin mereka sudah bosan mengantisipasi Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun. Mereka kemarin jualan untuk mengantisipasi koreksi tapi ternyata DJIA malah naik. Pagi ini, mereka maunya beli, ternyata bursa regional malah turun,” kata dia.
Pada perdagangan Rabu (23/10/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 33,76 poin (0,75%) ke posisi 4.546,499. Intraday terendah 4.530,136 dan tertinggi 4.609,109.
Satrio mengaku tidak tahu apa yang diinginkan investor asing. Tapi, menurut dia, bisa saja mereka sebenarnya ingin akumulasi. “Karena mereka pingin volume besar, cara mereka akumulasi memang seperti ini, ketika market bearish mereka beli, ketika market bullish mereka jualan,” papar dia.
Sementara itu, di pasar tersiar kabar delisting PT Unilever Indonesia (UNVR). “Delisting? Apa salahnya bursa kita? Apakah Self-Regulating Organization (SRO) kita memang tidak bisa berunding baik-baik dengan mereka tentang alternatif penambahan freefloat? Apakah tidak bisa yang namanya ada insentif pajak untuk perusahaan yang mau menambah free float?” kata Satrio mempertanyakan.
Yang jelas, kata dia, perusahaan yang bagus, seperti misalnya AQUA, delisting dengan Price to Earnings Ratio (PER) di atas 50 kali. “Kalau menurut saya, kalau Anda beli UNVR di atas Rp36.000, itu Anda yang tidak rasional. Tapi kalau di harga di bawah itu, ya terserah Anda,” ucapnya.
Hari ini, Satrio mengaku posisinya hanya kurang dari 5%. “Itupun hanya UNVR tadi dapat di Rp31.500. Ide delisting UNVR ini sebenarnya absurd. Tapi, namanya cuan, siapa yang mau nolak? Paling jelek, kalau besok ternyata rumor tersebut enggak bener, kerugian saya hanya kecil,” timpal dia.
Posisi sahamnya yang lain memang sengaja dia bersihkan. “Saya hanya mau belanja besok-besok, kalau IHSG terkoreksi,” imbuhnya. [jin]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar