Kamis, 01 Agustus 2013

Pasar Tetap Melihat Pengetatan Moneter The Fed - INILAH.com

Pasar Tetap Melihat Pengetatan Moneter The Fed - INILAH.com

INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (2/8/2013) diprediksi melemah. Pasar masih melihat potensi pengetatan moneter bank sentral AS.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, meski bank sentral AS The Fed bernada dovish kemarin, tapi pasar sebenarnya masih mengantisipasi kemungkinan pengurangan stimulus dari The Fed pada pertemuan September 2013.

Firman menjelaskan, meski data Produk Domestik Bruto (PDB) AS melambat sehingga mendukung kebijakan moneter yang masih longgar, tapi pasar melihat potensi penguatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2013. "Karena itu, rupiah cenderung melemah dalam kisaran 10.270 hingga 10.290 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Untuk kuartal I-2013, PDB AS sudah direvisi turun dari 2,5% menjadi 1,8% dan kuartal II-2013 dirilis di level 1,7%. "Tapi, secara historis, momentum pertumbuhan AS sangat kuat pada kuartal IV," tandas dia.

Apalagi, lanjut dia, pasar juga cukup yakin kalau stimulus The Fed bisa dikurangi sebelum jabatan Gubernur The Fed Ben Bernanke berakhir pada Januari 2013. "Kemungkinan rupiah masih akan tertekan Jumat ini," tuturnya.

Dari dalam negeri, kata dia, pasar masih akan cemas dengan berlarutnya defisit neraca perdagangan Indonesia. "Pasar juga cemas perlambatan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan indeks manufaktur Indonesia dan tingginya inflasi," ungkap dia.

Sementara itu, sentimen dari Eropa semalam, pasar sudah mengetahui hasil pertemuan Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB). Kedua bank sentral ini sudah diprediksi tidak akan mengubah kebijakan suku bunga acuannya di level 0,5%.

Hanya saja, pasar mengkhawatirkan dengan foreward guidance yang akan diberikan oleh kedua bank sentral tersebut. "Hal itu dapat menegaskan bahwa suku bunga akan dipertahankan di level rendah untuk sementara waktu," ucapnya.

Dia menjelaskan, Fed tidak akan menaikkan suku bunga kalau inflasi tidak di atas 2,5% dan tingkat pengangguran tidak di bawah 6,5%. Sekarang, pasar sudah melihat indikator yang diberikan oleh BoE dan ECB sebagai patokan kapan akan menaikkan suku bunga acuannya. "Pasar khawatir, bahwa bank sentral global tengah bersiap-siap menarik stimulus," ungkap dia.

Sementara itu, dari sisi data AS yang dirilis semalam, sentimennya agak variatif. Klaim pengangguran AS mingguan sudah diprediksi meningkat dari 343 ribu menjadi 345 ribu tapi indeks manufakturnya sudah diperdiksi membaik untuk Juli.

Di sisi lain, pasar juga akan berhati-hati jelang rilis data non-farm payroll AS nanti malam. "Angkanya sedikit berkurang dari 195 ribu menjadi 184 ribu tapi tingkat pengangguran AS sudah diprediksi turun dari 7,6% menjadi 7,5%," imbuh Firman.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (1/8/2013) ditutup melemah 10 poin (0,09%) ke posisi 10.280/10.285. [jin]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar