NEW YORK. Pimpinan the Federal Reserve Janet
Yellen pada Kamis (27/2) kemarin memberikan testimoninya di hadapan
Senat AS. Dia mengatakan, musim dingin yang tengah berlangsung saat ini
kemungkinan akan berdampak pada data ekonomi. Itu sebabnya, kebijakan
moneter yang akomodatif tetap harus dijalankan untuk beberapa waktu ke
depan.
"Sejak testimoni di hadapan Kongres, sejumlah data yang dirilis menunjukkan adanya perlambatan laju dari prediksi para ekonom. Sebagian dari perlambatan itu kemungkinan dipicu oleh kondisi cuaca. Namun, untuk saat ini, sulit memprediksi seberapa besar dampaknya," jelas Yellen di hadapan Komite Senat Perbankan.
Pernyataan Yellen cukup beralasan. Pada Kamis kemarin, misalnya, Departemen Tenaga Kerja AS merilis data yang menunjukkan terjadinya peningkatan di luar prediksi pengajuan klaim pengangguran pada pekan lalu.
Dia juga mengakui, kebijakan moneter yang ketat juga turut menyeret perekonomian. "Memang, beberapa waktu belakangan, tekanan terhadap ekonomi sudah jauh berkurang. Namun, ancaman masih ada," imbuhnya.
Pada sisi tenaga kerja, Yellen menegaskan bahwa angka 6,5% bukanlah target angka pengangguran AS secara definitif. Pasalnya, tingkat angka pengangguran bukan satu-satunya alat ukur untuk menentukan sehat atau tidaknya pasar tenaga kerja.
Sebelumnya, the Fed menegaskan bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan hingga angka pengangguran mencapai 6,5% dan tingkat inflasi berada di bawah target 2,5%.
Saat ini, the Fed mengucurkan dana stimulus senilai US$ 65 miliar untuk pembelian surat utang dan aset-aset berbasis KPR setiap bulannya. FOMC dijadwalkan akan kembali menggelar pertemuan pada 18-19 Maret 2014 mendatang.
"Sejak testimoni di hadapan Kongres, sejumlah data yang dirilis menunjukkan adanya perlambatan laju dari prediksi para ekonom. Sebagian dari perlambatan itu kemungkinan dipicu oleh kondisi cuaca. Namun, untuk saat ini, sulit memprediksi seberapa besar dampaknya," jelas Yellen di hadapan Komite Senat Perbankan.
Pernyataan Yellen cukup beralasan. Pada Kamis kemarin, misalnya, Departemen Tenaga Kerja AS merilis data yang menunjukkan terjadinya peningkatan di luar prediksi pengajuan klaim pengangguran pada pekan lalu.
Dia juga mengakui, kebijakan moneter yang ketat juga turut menyeret perekonomian. "Memang, beberapa waktu belakangan, tekanan terhadap ekonomi sudah jauh berkurang. Namun, ancaman masih ada," imbuhnya.
Pada sisi tenaga kerja, Yellen menegaskan bahwa angka 6,5% bukanlah target angka pengangguran AS secara definitif. Pasalnya, tingkat angka pengangguran bukan satu-satunya alat ukur untuk menentukan sehat atau tidaknya pasar tenaga kerja.
Sebelumnya, the Fed menegaskan bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan hingga angka pengangguran mencapai 6,5% dan tingkat inflasi berada di bawah target 2,5%.
Saat ini, the Fed mengucurkan dana stimulus senilai US$ 65 miliar untuk pembelian surat utang dan aset-aset berbasis KPR setiap bulannya. FOMC dijadwalkan akan kembali menggelar pertemuan pada 18-19 Maret 2014 mendatang.
Sumber: CNBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar