Senin, 11 Maret 2013

Pasar Kembali Cemaskan Pencabutan Stimulus - INILAH.com

Pasar Kembali Cemaskan Pencabutan Stimulus - INILAH.com

INILAH.COM, Jakarta – IHSG dan rupiah kompak melemah. Pasar kembali mencemaskan pencabutan stimulus yang lebih cepat setelah rilis data tenaga kerja AS positif dan rangkaian data China negatif.
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah awal pekan ini lebih didominasi oleh sentimen dari membaiknya kondisi ekonomi AS. Hal ini justru membuat investor khawatir dengan penarikan stimulus AS yang lebih cepat dari perkiraan.
Salah satunya, kata dia, Non Farm Payrolls AS yang mengalami kenaikan ke 236 ribu untuk Februari 2013 dari publikasi sebelumnya 119 ribu. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 9.710 per dolar AS setelah mencapai level terkuatnya 9.690 dari pembukaan di level terkuatnya itu,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (11/3/2013).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (11/3/2013) ditutup melemah 15 poin (0,15%) ke 9.700/9.710 dari posisi akhir pekan lalu 9.685/9.675.
Pada saat yang sama, lanjut Firman, tingkat pengangguran AS turun dari 7,9% menjadi 7,7%. "Kondisi ini memberikan argumen tambahan bagi Bank Sentral AS, The Fed untuk tidak berlama-lama dengan pemberian stimulus moneter," ungkap dia.
Kondisi itu diperparah oleh sentimen negatif dari buruknya serangkaian data ekonomi China yang dirilis akhir pekan lalu. Consumer Price Index (CPI) China mengalami kenaikan dari 2% menjadi 3,2%. "Kenaikan inflasi menandakan berkurangnya ruang bagi Bank Sentral China (PBoC) untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut," ungkap dia.
Pasalnya, angka inflasi itu sudah mendekati target inflasi tahunan China di level 3,5%. "Tapi, di sisi lain, data-data ekonomi menunjukkan lemahnya kondisi ekonomi China. Artinya, stimulus masih akan diberikan tapi tidak akan signifikan mengingat inflasi yang hampir mendekati target," papar Firman.
Produksi Industri China turun dari 10,3% jadi 9,9%. Penjualan ritel China juga turun dari 15,2% menjadi 12,3% dan penyaluran kredit turun dari 1,070 triliun yuan menjadi 620 miliar yuan.
Sementara itu, lanjutnya, dari Eropa sentimen negatif datang dari Fitch Rating yang men-downgrade peringkat utang Italia dari A- menjadi BBB+ dengan outlook yang negatif. "Level ini memang masih berada pada level investment grade," tuturnya.
Hanya saja, Firman menegaskan, downgrade ini menandakan kekhawatiran terhadap pemangkasan peringkat lebih lanjut karena outlooknya negatif jika kondisi politik dan ekonomi Italia lebih buruk.
Apalagi, kata dia, pasar tahu, kondisi politik Italia masih belum stabil. "Pasar juga belum tahu, apakah koaliasi pemerintahan Italia bisa terbentuk atau pemerintah meramalkan pemilu ulang," tuturnya.
Alhasil, dolar AS bertahan di level penguatan terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS masih betah di level terkuat 7 bulan di level 82,71 dari sebelumnya 82,72. "Terhadap euro, dolar AS menguat ke US$1,3004 dari sebelumnya US$1,3007 per euro," imbuh Firman.
Dari bursa saham, Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan, investor asing mulai menghilang lagi. “Mereka masih posisi net buy, tapi jumlahnya sudah jauh berkurang,” kata dia.
Tetapi, kata dia, menghilangnya investor asing ini telah membuat harga saham banyak sekali yang posisi terakhirnya, sudah cukup jauh di bawah support pertamanya. “PT Astra International (ASII), PT United Tractor (UNTR), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan masih banyak lagi,” ujarnya.
Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri, lanjut dia, akan berlibur besok, Selasa (12/3/2013) seiring hari Nyepi 1935. “Sementara itu, posisi terakhir Hang Seng Index (HSI), masih memberikan sinyal yang netral,” tuturnya.
Satrio menegaskan, suport IHSG berada di level 4.853 dan ternyata, indeks tutup di atas support tersebut Senin (11/3/2013) ini meski tipis. Tapi, dia mengingatkan, kalau saham yang Anda pegang memiliki peluang untuk tutup di bawah support. “Ada baiknya bersiap akan kemungkinan terburuk,” imbuhnya.
Pada perdagangan Senin (11/3/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 20,183 poin (0,41%) ke 4.854,312.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar