Senin, 07 Januari 2013

Emas Fluktuatif, Investasi untuk Jangka Panjang - INILAH.com

Emas Fluktuatif, Investasi untuk Jangka Panjang - INILAH.com

INILAH.COM, Jakarta – Pergerakan harga emas 2013 diprediksi akan fluktuatif seiring sentimen fundamental yang hampir sama dengan 2012. Karena itu, berinvestasilah untuk jangka panjang!
Ariston Tjendra, kepala riset Monex Investindo Futures memperkirakan, harga emas cenderung volatile pada 2013. Pasalnya, dari sisi sentimen fundamental, ekonomi global masih menyisakan banyak berita yang kurang lebih sama dengan 2012.
Antara lain, krisis Eropa. “Pada 2013, memang masalah Yunani sudah mereda, tapi akan ada masalah baru yang keluar, seperti Cyprus, Spanyol, dan Italia yang akan ada pergantian kekuasan pada 2013 yang juga menimbulkan masalah baru,” katanya kepada INILAH.COM.
Masalah jurang fiskal AS, kata dia, memang sudah selesai. Meskipun, voting di Kongres AS sempat ditunda hingga setelah Natal 2012. “Karena itu, kesepakatan negosiasi itu tidak tepat waktu selesai akhir 2012 dan AS mengalami jurang fiskal meski hanya satu hari di 2013,” ujar dia.
Belum lagi dengan masalah perlambatan ekonomi China, AS dan Eropa seiring penghematan fiskal yang dilakukan di 2012 yang berdampak pada perlambatan ekonomi 2013. “Memang proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) China naik untuk 2013, tapi jika melihat data-data seperti neraca perdagangan dan produksi industrinya justru memperlihatkan penurunan,” tuturnya.
Yang perlu diingat, Ariston juga mengingatkan, kategori emas, selain sebagai save haven juga sebagai komoditas. “Jadi, emas tergantung juga pada kondisi makro ekonomi. Jika harga komoditas bagus, harga emas juga berpeluang naik,” ungkap dia.
Sebaliknya, jika ekonomi global melambat, harga emas juga akan melambat seiring kurangnya permintaan. “Tapi, memang, karena sebagai safe haven, emas bisa menahan diri dari kejatuhan yang cukup dalam,” papar dia.
Tertahannya penurunan emas juga, selam ini, karena faktor stimulus yang digulirkan oleh berbagai bank sentral termasuk di 2013. “Tapi, stimulus itu bukan berasal dari pemerintah untuk menanggulangi perlambatan ekonomi melainkan dari otoritas moneter,” ucapnya.
Ariston menjelaskan, jika berkaca pada pergerakan bulan Desember dalam lima tahun terakhir, emas sering mengalami koreksi harga kecuali pada Desember 2008. Pada 2018, dunia gencar dengan stimulus sehingga emas naik. “Koreksi emas di Desember 2012, karena profit taking dan dialihkan ke bursa saham,” tuturnya.
Jika melihat grafiknya, Ariston memprediksi harga emas akan sideways di 2013 atau hampir sama seperti 2012 dalam kisaran US$1.590 hingga US$1.800 per troy ounce. Kisaran ini bisa terjadi pada kuartal I-2013. “Hingga akhir 2013, emas akan sulit untuk menembus level US$1.900-nya,” timpal Ariston.
Memang, dia mengakui, tren bullish jangka panjang emas masih belum selesai sehingga masih memungkinkan untuk coba kembali ke US$1.900. “Tapi, karena pergerakannya volatile-sideways, sulit level tersebut dicapai,” tegas dia.
Jadi, dia menggarisbawahi, emas memiliki dua status: sebagai safe haven dan sebagai komoditas. Sebagai safe haven pun, emas bukanlah yang utama. Sebab, orang masih melihat dolar AS sebagai safe haven yang utama. “Karena itu, saat krisis, dolar AS dulu yang diburu sehingga yield obligasi AS bertenor 10 tahun langsung turun karena besarnya permintaan dan setelah itu baru emas yang jadi perburuan,” ungkap dia.
Emas bisa melonjak, saat terjadi inflasi yang luar biasa dan tiba-tiba. Karena itu, jika inflasi stabil, tidak terlalu berpengaruh pada pergerakan harga emas.
Di atas semua itu, Ariston menyarankan, untuk investasi emas harus untuk jangka panjang dan harus selektif memilih posisi beli di level berapa. “Menurut saya, emas ada kesempatan untuk turun dulu sebelum naik di 2013,” katanya.
Karena itu, dia merekomendasikan beli di kisaran level US$1.590-1.620 per troy ounce untuk jangka panjang. “Ini merupakan level yang agak aman untuk masuk,” ucap Ariston.
Berkaca pada 2012, orang yang beli di awal tahun di level US$1.569 dan sekarang US$1.656,7, artinya orang tersebut untung US$87 atau 5,5%. “Jadi, kalau investasi, bukan trading, minimal 1 tahun. Semakin lama dipegang, semakin berkurang tingkat volatilitasnya dan semakin besar pula potensi return investasinya,” papar dia.
Untuk trader harian, manfaatkan momentum naik-turun dari emas baik jual maupun beli. Ariston juga menyarankan agar pasar mencermati jika emas sudah menyentuh US$1.500 di 2013. Sebab, di 2012, sudah beberapa kali emas menyentuh US$1.520. “Jika menguji lagi ke level itu, emas berpeluang turun lebih dalam ke US$1.450-1.420,” ungkap dia.
Hanya saja, kata dia, selama berada dalam kisaran US$1.590-1.620, emas masih punya potensi naik tapi tetap harus diiringi dengan risk management yang baik.
Sedangkan dari sisi risiko emas, saham dan reksadana, kata dia, sangat tergantung pada profil investornya. “Banyak orang bilang, reksadana kecil risikonya karena modalnya kecil dan lain-lain, tapi kalau dana kita ditempatkan di reksadana saja, risikonya besar juga. Jadi, jangan simpan investasi di satu keranjang untuk men-diversifikasi risikonya,” imbuh Ariston.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar