Pasar Sambut Positif Optimisme The Fed - INILAH.com
INILAH.COM, Jakarta – IHSG dan rupiah kembali kompak menguat. Pasar menyambut positif atas optimisme dari salah satu petinggi bank sentral AS, The Fed soal pertumbuhan negara adidaya itu.
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah awal pekan ini seiring sentimen pasar yang cukup positif. Terutama tadi pagi, setelah komentar dari salah satu petinggi The Fed Charles L Evans yang cukup dovish (pro moneter longgar).
Menurut Firman, Evans melihat program Quantitative Easing (QE) ketiga yang digelontorkan The Fed bisa menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS lebih lanjut dan tidak akan mendorong kenaikan inflasi. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupah mencapai level terkeuatnya 9.630 setelah mencapai level terlemahan 9.700 dari posisi pembukaan 9.670 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (14/1/2012).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (14/1/2013) ditutup menguat 30 poin (0,31%) ke angka 9.640/9.650 dari posisi akhir pekan lalu 9.670/9.680.
Dia menegaskan, pasar cukup optimistis seiring Evans yang juga optimistis dengan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,5% tahun ini dan 3,5% tahun depan. "Ini menjadi isyarat lebih lanjut atas dukungan dia terhadap pelonggaran moneter AS lebih lanjut sehingga jadi tekanan negatif bagi dolar AS," timpal dia.
Apalagi, kata dia, komentar dari petinggi The Fed itu bisa mengurangi kekhawatiran penarikan stimulus The Fed yang lebih cepat. "Terutama setelah rilis neraca perdagangan AS akhir pekan lalu yang menunjukkan angka yang cukup negatif menjadi minus US$48,7 miliar dari publikasi sebelumnya US$42,1 miliar," tuturnya.
Begitu juga dengan harga impor AS yang masih lemah jadi -0,1% dari prediksi 0,1% dan dari sebelumnya -0,8%. "Meski lebih baik dari angka sebelumnya, tapi lebih buruk dari angka prediksi. Jadi, data tersebut menunjukkan belum perlunya penarikan stimulus The Fed akhir 2013," ungkap Firman.
Selain itu, lanjut Firman, pasar juga cukup yakin bahwa komentar Gubernur The Fed Bernanke besok pagi, akan cukup dovish dan bisa mengurangi ekspektasi terhadap pengetatan moneter AS akhir 2013.
Dari dalam negeri, kata dia, penguatan rupiah juga terbantu oleh intervensi Bank Indonesia (BI) sebesar US$50 juta pada sesi pagi. "Jadi, meski tren rupiah adalah pelemahan, intervensi bank sentral masih membayangi mata uang garuda ini," imbuhnya.
Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah tipis ke 79,52 dari sebelumnya 79,54. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke US$1,3360 dari sebelumnya US$1,3340 per euro," imbuh Firman.
Dari bursa saham, pengamat pasar modal Sem Susilo mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebsar 76,59 poin (1,78%) ke 4.382,498 awal pekan ini seiring kenaikan bursa saham di Wall Street. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500 Index, dan Nasdaq Composite Index. “Tiga bursa utama Amerika sudah mulai musim laporan keuangan emiten kuartal IV-2012 sejak pekan lalu,” kata dia di Jakarta, Senin (14/1/2013).
Performa dari kinerja emiten di AS itu, lanjut dia, masih cukup baik. “Kita akan pantau terus perkembangannya,” tuturnya.
Dalam kondisi ini, Sem menyarankan, agar pemodal bersabar untuk tidak buru-buru melakukan aksi ambil untung. “Saham-saham tetap di-hold. Sementara stop menambah posisi saham dan stop melakukan pembelian,” ungkap dia. “Jadi, hari ini fokus pada monitor perliku market,” imbuhnya.
Selain faktor AS, penguatan indeks juga mendapat dukungan dari penguatan nilai tukar rupiah ke level 9.640 terhadap dolar AS yang jadi momok indeks dalam beberapa hari terakhir. Penguatan rupiah seiring intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar. Dikabarkan, pada sesi pagi, bank sentral mengintervensi pasar senilai US$50 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar