Oleh Febrina Ratna Iskana - Senin, 27 Januari 2014 | 07:20 WIB
JAKARTA. Kilau emas makin kinclong. Pasar memburu emas, sebagai safe haven, lantaran isu perlambatan pertumbuhan ekonomi China.
Sepekan
terakhir, harga emas untuk kontrak pengiriman Februari 2014 di bursa
Comex melesat 1% ke level US$ 1.264, 30 per ons troi. Bahkan, pada Jumat
(24/1), harga si kuning ini sempat menyentuh US$ 1.273,20 per ons troi.
Ini level tertinggi sejak 20 November 2013.
Harga emas di dalam
negeri pun naik signifikan. Akhir pekan lalu (24/1), emas batangan di
Divisi Logam Mulia, PT Antam Tbk, mencapai Rp 540.000 per gram. Artinya,
dalam sepekan sudah naik Rp 10.000 per gram, atau sekitar 1,9%.
Pasar
kembali mengoleksi emas, karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi China
kehilangan momentum. Pasalnya, PMI manufaktur China per Januari 2014
turun ke 49,6, dari bulan sebelumnya, 50,5. Data ini memicu pasar saham
global terkoreksi tajam pada Jumat lalu. Pasar pun mengalihkan dananya
pada aset yang aman.
Apalagi, harga emas terbilang murah, setelah tahun lalu terkoreksi sebesar 28%.
Kepala
Riset dan Analis Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menilai,
kabar dari China memicu pelaku pasar keluar dari aset berisiko, dan
beralih ke emas. "Peralihan arus investasi ini mengerek permintaan,
sehingga harganya melaju," jelasnya.
Analis senior PT Millenium
Penata Futures, Suluh A. Wicaksono menambahkan, laju emas juga terdorong
permintaan dari negara-negara importir besar, terutama India. Sebab,
sejak awal 2014, India mempertahankan pajak impor emas, sebesar 10%.
"Selama
ini, pajak impor emas yang tinggi menyebabkan permintaan lesu. Ketika
tak ada kenaikan pajak, daya beli pun meningkat," ujarnya.
Antisipasi The Fed
Ariston
menduga, pekan ini, emas akan bergerak terbatas, karena pelaku pasar
menunggu keputusan The Fed terkait pemangkasan stimulus moneter (tapering).
Berbeda dengan Suluh, yang optimistis, harga emas akan bullish
sepekan ini. "Kemungkinan The Fed tidak akan memangkas stimulus
mengingat sejumlah data ekonomi Amerika tidak terlalu kuat. Ini akan
melemahkan dollar, sehingga emas menguat," prediksinya.
secara teknikal, Ariston bilang, harga emas terlihat berusaha melanjutkan penguatan. Indikator stochastic yang berada di level 38 dan sudah masuk ke area jenuh jual (oversold)), mulai bergerak naik menuju daerah netral. Sedangkan, moving average convergence divergence (MACD) masih di bawah garis 0. Ini menunjukkan adanya pelemahan. Relative strength index (RSI) di level 43, yang juga menunjukkan adanya tekanan.
"Ada momentum naik, cuma harus menunggu momentum setelah adanya keputusan dari The Fed," kata Ariston.
Prediksi
dia, sepekan ini, harga emas akan bergulir di kisaran US$ 1.236-US$
1268 per ons troi. Sedangkan, Suluh menduga, emas bergerak antara US$
1.230-US$ 1.285.
http://investasi.kontan.co.id/news/si-kuning-kembali-menjadi-safe-haven
Tidak ada komentar:
Posting Komentar