Selasa, 05 November 2013

Stimulus Fed Picu Deflasi? - INILAH.com

Stimulus Fed Picu Deflasi? - INILAH.com

INILAH.COM, New York - Dengan pertumbuhan ekonomi yang terbatas, menjadikan dampak stimulus moneter dari The Fed dipertanyakan. Program tersebut diduga justru memicu deflasi bukan meningkatkan laju inflasi.

"Deflasi merupakan dampak dari investasi yang tidak produktif. Ini merupakan situasi saat berinvestasi di obligasi seiring program Quantitiative Easing (QE) dan tidak menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," kata ekonom Societe Generale, Michala Marcussen dalam catatannya seperti mengutip cnbc.com.

Menurut Marcussen, secara teori peningkatan uang beredar secara proporsional mempengaruhi harga barang. Namun dampak dari inflasi yang terpengaruh pembelian aset dari the Fed mungkin hanya bersifat sementara sebagai aset. Namun akan dijual kepada investor swasta atau ditebus pemilik obligasi.

Program QE telah meningkatkan permintaan produk komoditas dan barang modal. Dampaknya China telah mengalami kelebihan kapasitas dan tingkat pengembalian modal yang negatif. Demikian juga mempengaruhi sistem perbankan.

Sementara di pasar negara berkembang lainnya seperti Brazil dan India, program QE mempengaruhi sisi permintaan. Salah satunya dari kredit konsumen. Sedangkan apresiasi mata uang lokal pada awalnya menutup dampak inflasi.

Sejak awal tahun ini, The Fed menyebarkan wacana untuk mengurangi nilai program QE dari US$85 miliar per bulan. Dampaknya, mata uang lokal rontok dan pertumbuhan ekonomi melambat. Dengan kondisi ekspor turun dengan kecenderungan deflasi. Rupiah saja yang biasanya berada di level 9.500 per US$ jatuh menembus level Rp11.200 per US$ di bulan Oktober.

Padahal program QE merupakan kebijakan The Fed untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, meningkatkan uang tunai sehingga dapat merangsang ekonomi secara keseluruhan. Fed menargetkan pengangguran 6,5 persen dari saat ini 7,2% dan inflasi 2 persen.

Sedangkan data pada Kamis (31/10/2013) menunjukkan infalsi Uni Eropa turun ke level terendah dalam empat tahun menjadi 07% di bulan Oktober. Hal inilah yang mendukung dugaan QE atau stimulus the Fed memicu deflasi.

"Mereka memiliki banyak faktor ekonomi melalui langkah-langkah penghematan. Sehingga realisasi inflasi yang lebih rendah. Walaupun tidak semata-mata karena banyaknya QE," jelas ekonom UOB, Alvin Liew di Singapura.

Ekonom Eropa juga menyiapkan langkah untuk menahan pelemahan mata uang saat ekonomi masih turun. Harga barang harus turun sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang lesu.

Banyak bank sentral menargetkan hipotek. Hal ini membantu mempertahankan suku bunga rendah dan imbal hasil yang stabil. "Hal ini sampai batas tertentu meningkatkan kredit. Tujuannya untuk memenuhi permintaan. "Jadi QE mungkin telah membantu mencegah deflasi," kata ekonom HSBC, Leif Eskesen.

Namun ekopnom Credit Siusse meragukan ekspektasi inflasi akan meningkat bila tidak ada program QE. QE tidak secara jelas meningkatkan investasi. "Bank akan menjadi lebih hati-hati untuk memberi kredit kepada perusahaan yang tidak produktif," kata Robert Prior.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar