Oleh Agus Triyono - Jumat, 26 Juli 2013 | 06:12 WIB
JAKARTA. Harga perak kembali melemah. Ini karena efek data ekonomi
Amerika Serikat (AS) tentang penjualan rumah yang membaik. Akibatnya,
spekulasi pengurangan stimulus semakin bergulir.
Harga perak di Commodity Exchange untuk pengiriman September, Kamis
(25/7) sampai pukul 17.35 WIB, melemah 0,95% ke US$ 19,83 per ons troi
dibanding hari sebelumnya. Para analis menduga, data AS yang membaik
membuat harga perak tertekan.
Departemen Perdagangan AS, Rabu (24/7), melaporkan tingkat penjualan
rumah baru per Juni melonjak 8,3% menjadi 497.000 unit. Ini adalah level
tertinggi sejak Mei 2008.
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, laporan tersebut
meningkatkan ekspektasi pasar dipercepatnya program pengurangan dan
penghentian program stimulus moneter AS. Dia mengatakan, secara jangka
panjang harga perak masih mendapatkan banyak tekanan.
Menurut Nizar, membaiknya data ekonomi AS membuat dollar AS kian
perkasa. Akibatnya, harga sejumlah komoditas termasuk logam mulia
seperti emas dan perak terus melemah.
Selain itu, harga perak juga akan tertekan membaiknya kondisi
perekonomian global. Menurut Nizar, kondisi itu memicu peralihan
investasi pasar. Pasar yang semakin optimistis lebih memilih memainkan
uang ke saham yang menghasilkan return lebih tinggi daripada komoditas
safe haven seperti emas dan perak. "Selama keadaan tidak berubah sulit
mengharapkan harga perak naik," kata dia.Selain itu, menurut Nizar,
harga perak juga tertekan karena ekonomi China yang buruk.
Secara teknikal, Nizar mengatakan, dalam sepekan ke depan harga perak
masih tertekan. Harga perak di atas moving average (MA) 25 sehingga
berpotensi koreksi. Sementara, MACD, stochastic dan RSI menurun memberi
sinyal bearish.
Nizar memperkirakan, harga perak dalam sepekan ke depan masih akan melemah di kisaran US$ 18,75-US$ 20,70 per ons troi.
http://investasi.kontan.co.id/news/data-as-positif-harga-perak-tertekan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar