Oleh Barratut Taqiyyah - Senin, 01 Juli 2013 | 11:38 WIB
SINGAPURA. Commodity strategist Australia New Zealand Bank
(ANZ) Asia Victor Thianpiriya, melihat, secara teknikal outlook
pergerakan harga emas masih bearish. Dia menyatakan, penurunan tajam
yang terjadi belakangan membuka risiko terjadinya koreksi yang lebih
dalam lagi.
Menurutnya, jika harga si kuning mentereng jatuh di
bawah level support kunci US$ 1.150 per troy ounce, harga emas bisa
tertekan hingga ke posisi US$ 1.030 per troy ounce atau bahkan US$ 870
per troy ounce. Ini merupakan level harga emas saat terjadinya krisis
finansial global pada 2008 silam.
"Harga emas ditutup di level
terendahnya pada Juni menggarisbawahi adanya risiko koreksi lebih dalam.
Waspada adalah kunci utama," jelasnya.
Dia menambahkan,
volatilitas harga emas masih akan tinggi. "Pada kondisi sekarang ini,
pelaku pasar tidak akan mengindahkan fundamental. Itu sebabnya, data
teknikal menjadi hal yang sangat penting diperhatikan," jelasnya.
Namun,
Thianpiriya mencatat, penutupan harga emas di atas level US$ 1.272 per
troy ounce, dapat memutarbalikkan bias negatif emas, sehingga emas
mengalami periode rebound.
Sekadar informasi, pada pekan lalu,
harga emas jatuh ke posisi terendahnya sejak 2010 di level US$ 1.180 per
troy ounce. Dengan demikian, penurunan harga emas sejak pertengahan
April lalu sudah mencapai 22%.
Tidak hanya ANZ, sejumlah bank
besar lainnya juga sudah memangkas prediksi harga emas mereka dalam
beberapa pekan terakhir. HSBC, salah satunya, yang memprediksi harga
rata-rata emas akan sebesar US$ 1.396 per troy ounce di 2013, turun dari
prediksi sebelumnya US$ 1.542 per troy ounce.
UBS lebih parah
lagi. UBS mengingatkan bahwa investasi emas saat ini tengah berisiko
seiring rencana the Federal Reserve untuk menghentikan program
stimulusnya.HSBC memperkirakan, harga emas akan jatuh ke level US$ 1.150
per troy ounce dalam tiga bulan ke depan.
http://investasi.kontan.co.id/news/secara-teknikal-emas-masih-akan-digempur-habis/2013/07/01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar